Minggu, 14 Agustus 2022

Alam Setan 'Peta'...PENJELASAN RINCI..

 








 

Terbentuk atas dua kosakata, yaitu 'pa' yang berarti 'ke depan, menyeluruh', dan 'ita' yang berarti 'telah pergi, telah meninggal'. Berbeda dengan makhluk yang berada di alam neraka yang menderita karena tersiksa, peta atau setan hidup sengsara karena kelaparan, kehausan dan kekurangan. Kejahatan yang membuat suatu makhluk terlahirkan sebagai setan ialah pencurian dsb.

 

Seperti binatang, setan tidak mempunyai alam khusus milik mereka sendiri. Mereka berada di dunia ini dan bertinggal di tempat-tempat seperti hutan, gunung, tebing, lautan, kuburan, dan sebagainya. Beberapa jenis setan mempunyai kemampuan untuk menyalin rupa dalam wujud seperti dewa, manusia, pertapa, binatang, atau hanya menampakkan diri secara samar-samar seperti bayang-bayang gelap dan lain-lain.

 

Setan terbagi menjadi empat jenis, yakni:

 

1.  Yang hidup bergantung pada makanan pemberian orang lain dengan cara penyaluran jasa dan sebagainya (paradattupajîwika),

2.  Yang senantiasa kelaparan, kehausan dan kekurangan (khuppîpâsika),

3.  Yang senantiasa terberangus (nijjhâmatanhika),

4.  Yang tergolong sebagai iblis atau makhluk yang suram (kâlakañcika).

 

Jenis yang pertama itu dapat menerima penyaluran jasa karena mereka bertinggal di sekitar atau di dekat manusia, sehingga dapat mengetahui pemberian ini dan beranumodanâ [menyatakan kenuragaan atas kebajikan yang diperbuat oleh makhluk lain]. Apabila tak tahu dan tak beranumodanâ, penyaluran jasa ini tidak dapat diterima. Orang yang pada saat-saat menjelang kematian mempunyai ke-31 melekatan yang amat kuat pada kekayaan, harta benda, sanak-keluarga, dan sebagainya niscaya akan terlahirkan di alam setan ini.

 

Dalam Vinaya dan Lakkhaóa-samyutta, disebutkan adanya 21 macam setan, yaitu:

 

1.     Yang hanya bertulang tanpa daging (annhisankha-sika),

2.       Yang hanya berdaging tanpa tulang (mansapesika),

3.       Yang berdaging benjol (mansapinna),

4.       Yang tak berkulit (nicchawirisa),

5.       Yang berbulu seperti pisau (asiloma),

6.       Yang berbulu seperti tombak (sat-tiloma),

7.       Yang berbulu seperti anak panah (usuloma),

8.       Yang berbulu seperti jarum (sûciloma),

9.       Yang berbulu seperti jarum jenis kedua (duti-yasûciloma),

10.    Yang berpelir besar (kumbhanna),

11.    Yang terbenam dalam tahi (gûthakûpanimugga),

12.    Yang makan tahi (gûthakhâdaka),

13.    Yang berjenis betina tanpa kulit (nicchawitaka),

14.    Yang berbau busuk (duggandha),

15.    Yang bertubuh bara api (ogilinî),

16.    Yang tak berkepala (asîsa),

17.    Yang berperawakan seperti bhikkhu,

18.    Yang berperawakan seperti bhikkhunî,

19.    Yang berperawakan seperti calon bhikkhunî(sikkhamâna),

20.    Yang berperawakan seperti sâmanera,

21.    Yang berperawakan seperti sâmanerî.

 

Sementara itu, Kitab Lokapaññatti serta Chagatidîpanî menyebutkan adanya 12 macam setan, yaitu:

 

1.       Yang makan ludah, dahak dan muntahan (wantâsikâ),

2.       Yang makan mayat manusia atau binatang (kunpâsa),

3.       Yang makan tahi (gûthakhâdaka),

4.       Yang berlidah api (ag-gijâlamukha),

5.       Yang bermulut sekecil lubang jarum (sûcimukha),

6.       Yang terdorong keinginan tiada habis (tanhannita),

7.       Yang bertubuh hitam pekat (sunijjhâmaka),

8.       Yang berkuku panjang dan runcing (satthanga),

9.       Yang bertubuh sangat besar (pabbatanga),

10.    Yang bertubuh seperti ular piton (ajagaranga),

11.    Yang menderita di siang hari tetapi menikmati kesenangan surgawi di malam hari (wemânika),

12.    Yang memiliki kesaktian (mahiddhika).

 

b)     Alam Iblis 'Asurakâya' (Raksasa).

 

Terbentuk atas tiga kosakata, yaitu 'a' yang merupakan unsur pembalik, 'sura' yang berarti 'cemerlang, gemilang', dan 'kâya' yang berarti 'tubuh'. Namun, yang dimaksud dengan 'tak cemerlang' di sini bukanlah tidak adanya cahaya yang memancar dari tubuh. Melainkan suatu kehidupan yang merana dan serba kekurangan sehingga membuat batin tidak berceria. Istilah 'asura' mungkin juga berasal dari kisah kejatuhan dari alam Surga Tâwatimsa [terkalahkan oleh Sakka dan pengikutnya] akibat minuman memabukkan (surâ). Sejak itu, mereka bersumpah untuk tidak meminumnya lagi. Karena sebelumnya pernah bertinggal di alam kedewaan, asurakâya kadangkala juga disebut sebagai 'pubbadevâ'.

 

Asurakâya atau iblis terbagi menjadi tiga macam, yaitu:

 

1. Iblis berupa dewa(dewa-asurâ)

2. Iblis berupa setan (peti-asurâ),

3. Iblis berupa penghuni neraka (niraya-asurâ).

 

Dewa-asurâ terdiri atas wepacitti, râhu, subali, pahâra, sambaratî, dan winipâtika. Peti-asurâ terdiri atas kâlakañcika,wemânika, dan âwuddhika. Niraya-asurâ hanya terdiri atas satu jenis, yaitu yang menderita kelaparan dan hidupnya bergelantungan seperti kelelawar.

 

 

 

 

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda