Thursday, 11 November 2010 Kisah Seorang Petani (Dhammapada 5 : 67) V. Bala Vagga - Orang Bodoh (67) Bilamana suatu perbuatan setelah selesai dilakukan membuat seseorang menyesal, maka perbuatan itu tidak baik. Orang itu akan menerima akibat perbuatannya dengan ratap tangis dan wajah yang berlinang air mata.
------------------------------------------------------------------------------------------------------
Suatu hari beberapa pencuri setelah mencuri benda-benda berharga dan
sejumlah uang dari rumah orang kaya, melarikan diri ke suatu ladang. Di
sana mereka membagi hasil curian dan kemudian berpisah. Tetapi sebuah
bungkusan yang berisi uang yang berjumlah banyak terjatuh dari salah
seorang pencuri, dan tertinggal di belakang tanpa ada yang
memperhatikan.
Keesokan paginya Sang Buddha yang sedang mengamati dunia dengan kemampuan dibbacakkhuNya (penglihatan supranatural), melihat bahwa seorang petani yang sedang bekerja dekat ladang tersebut, dapat mencapai tingkat kesucian sotapatti.
Segera Sang Buddha pergi ke sana, ditemani oleh Y.A. Ananda. Petani tersebut ketika melihat Sang Buddha memberi hormat, kemudian melanjutkan kembali membajak sawah.
Sang Buddha melihat bungkusan uang tersebut dan berkata, "Ananda, lihatlah seekor ular yang sangat berbisa." Ananda menjawab, "Ya, Bhante, itu benar-benar seekor ular yang sangat berbisa!" Kemudian Sang Buddha dan Ananda melanjutkan perjalanannya.
Petani itu, mendengar percakapan mereka, lalu pergi mencari apakah benar ada seekor ular, dan menemukan bungkusan uang itu. Ia mengambil bungkusan itu dan menyembunyikannya di suatu tempat.
Pemilik barang yang dicuri tersebut mengikuti jejak para pencuri dan sampai di ladang itu. Menelusuri jejak kaki petani tersebut, ia menemukan bungkusan uang tadi. Mereka memukuli petani itu dan membawanya menghadap raja, yang kemudian memerintahkan orang-orangnya untuk membunuh petani itu.
Ketika dibawa ke pemakaman, tempat ia akan dibunuh, petani itu mengulang-ulang percakapan itu: "Ananda, lihatlah ada seekor ular yang sangat berbisa. Bhante, saya melihat ular; sungguh-sungguh seekor ular yang sangat berbisa!"
Ketika pegawai-pegawau raja mendengar percakapan antara Sang Buddha dan Ananda diulang-ulang sepanjang perjalanan, mereka kebingungan, dan membawanya menghadap Raja. Raja menyangka bahwa petani itu meminta Sang Buddha untuk dijadikan saksi; akhirnya petani tersebut dibawa kehadapan Sang Buddha.
Setelah mendengar semua yang terjadi pagi hari itu dari Sang Buddha, raja mengatakan, "Jika saja ia tidak berhasil meminta Sang Buddha menjadi saksi atas ketidakbersalahannya, orang ini telah mati dibunuh."
Kepadanya, Sang Buddha menjawab, "Orang bijaksana seharusnya tidak melakukan sesuatu yang akan membuatnya menyesal setelah melakukannya."
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair berikut:
"Na taṃ kammaṃ kataṃ sādhu yaṃ katvā anutappati
yassa assumukho rodaṃ vipākaṃ paṭisevati."
Bilamana suatu perbuatan setelah selesai dilakukan
membuat seseorang menyesal,
maka perbuatan itu tidak baik.
Orang itu akan menerima akibat perbuatannya
dengan ratap tangis dan wajah yang berlinang air mata.
Petani tersebut mencapai tingkat kesucian sotapatti setelah khotbah Dhamma itu berakhir.
Keesokan paginya Sang Buddha yang sedang mengamati dunia dengan kemampuan dibbacakkhuNya (penglihatan supranatural), melihat bahwa seorang petani yang sedang bekerja dekat ladang tersebut, dapat mencapai tingkat kesucian sotapatti.
Segera Sang Buddha pergi ke sana, ditemani oleh Y.A. Ananda. Petani tersebut ketika melihat Sang Buddha memberi hormat, kemudian melanjutkan kembali membajak sawah.
Sang Buddha melihat bungkusan uang tersebut dan berkata, "Ananda, lihatlah seekor ular yang sangat berbisa." Ananda menjawab, "Ya, Bhante, itu benar-benar seekor ular yang sangat berbisa!" Kemudian Sang Buddha dan Ananda melanjutkan perjalanannya.
Petani itu, mendengar percakapan mereka, lalu pergi mencari apakah benar ada seekor ular, dan menemukan bungkusan uang itu. Ia mengambil bungkusan itu dan menyembunyikannya di suatu tempat.
Pemilik barang yang dicuri tersebut mengikuti jejak para pencuri dan sampai di ladang itu. Menelusuri jejak kaki petani tersebut, ia menemukan bungkusan uang tadi. Mereka memukuli petani itu dan membawanya menghadap raja, yang kemudian memerintahkan orang-orangnya untuk membunuh petani itu.
Ketika dibawa ke pemakaman, tempat ia akan dibunuh, petani itu mengulang-ulang percakapan itu: "Ananda, lihatlah ada seekor ular yang sangat berbisa. Bhante, saya melihat ular; sungguh-sungguh seekor ular yang sangat berbisa!"
Ketika pegawai-pegawau raja mendengar percakapan antara Sang Buddha dan Ananda diulang-ulang sepanjang perjalanan, mereka kebingungan, dan membawanya menghadap Raja. Raja menyangka bahwa petani itu meminta Sang Buddha untuk dijadikan saksi; akhirnya petani tersebut dibawa kehadapan Sang Buddha.
Setelah mendengar semua yang terjadi pagi hari itu dari Sang Buddha, raja mengatakan, "Jika saja ia tidak berhasil meminta Sang Buddha menjadi saksi atas ketidakbersalahannya, orang ini telah mati dibunuh."
Kepadanya, Sang Buddha menjawab, "Orang bijaksana seharusnya tidak melakukan sesuatu yang akan membuatnya menyesal setelah melakukannya."
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair berikut:
"Na taṃ kammaṃ kataṃ sādhu yaṃ katvā anutappati
yassa assumukho rodaṃ vipākaṃ paṭisevati."
Bilamana suatu perbuatan setelah selesai dilakukan
membuat seseorang menyesal,
maka perbuatan itu tidak baik.
Orang itu akan menerima akibat perbuatannya
dengan ratap tangis dan wajah yang berlinang air mata.
Petani tersebut mencapai tingkat kesucian sotapatti setelah khotbah Dhamma itu berakhir.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda