Relik dalam agama Buddha disebut juga Sarira Dhatu. Istilah ini terdiri dari dua kata yaitu: 'Sarira' yang artinya jasmani dan 'Dhatu' yang artinya susunan. Jadi Relik sebenarnya merupakan sisa jasmani dari seseorang yang dipercaya telah mencapai tingkat tertinggi dalam pelaksanaan Ajaran Sang Buddha Gotama. Relik ini bisa merupakan rambut, gigi, kuku, bulu, tulang maupun abu sisa kremasi.
These two teeth of Shakyamuni Buddha are nearly 3 inches long, and have been growing in size since the time the Buddha entered Nirvana about 3000 years ago. These are the only known teeth relics of the Buddha in the United States, and are part of a collection of over 10000 relics that were donated to Lu Mountain Temple, in Rosemead, CA, earlier in 2013. For more information, please visit:
www.MahaStupa.project
This website has information about the relics, and also describes the vision to build a stupa to enshrine the relics, somewhere in Southern California, which will be a major monument to Mahayana Buddhism.
Bagaimana terjadinya Relik?
Praktisi Dharma yang tekun dalam mempelajari dan melaksanakan Ajaran Buddha, khususnya dengan melatih meditasi, mereka akan menggunakan energi pikirannya secara maksimal untuk berkonsentrasi. Akibatnya, energi pikiran murni yang mereka pancarkan itu terserap oleh bagian-bagian tubuhnya sendiri. Selama bertahun-tahun tubuhnya diliputi oleh energi pikiran yang dahsyat ini. Karena itulah, ketika mereka meninggal dunia, beberapa bagian tubuhnya yang telah banyak menyerap energi ini menjadi berubah bentuk, mengkristal. Inilah yang disebut Relik.
Dalam agama Buddha, dikenal adanya pencapaian tingkat kesucian. Semakin tinggi tingkat kesucian yang dicapai menandakan semakin tinggi pencapaian spiritual seseorang. Begitu juga dengan relik ini, setelah seseorang meninggal dunia, maka sisa jenazah akan diteliti. Semakin tinggi pencapaian kesucian yang diperolehnya, maka semakin banyak relik yang akan ditemukan dari sisa-sisa abu jenazah orang tersebut.
Adapun cara yang dapat dilakukan untuk menghormati relik ialah, dengan melakukan penghormatan atau menghormati benda – benda suci yang termasuk ke dalam jenis – jenis relik, seperti Arca Buddha, Pohon Bodhi, dan lain seb
Adapun cara lain yang dapat dilakukan, yaitu dengan menaburkan bunga atau beranjali sambil bertekad sesuai dengan keinganan dan di masa sekarang ini juga dikenal adanya ‘Paritta Relik’ yang digunakan untuk menghormati relik.
(Dikutip dari berbagai sumber)
Sarira Dhatu Eyang Bhante Jinadhammo Mahathera :
Pada 05 February 2023 kemarin, kami sampai di Prasada Jinadhammo Mahathera +- pukul 09.30 wib, saat itu sudah ada 4 sampai 5 kelompok Bhikkhu yang sedang memilih memisahkan hasil kremasi dari jenazah Eyang Bhante Jinadhammo Mahathera.
Panitia tidak memperbolehkan umat mendekati lokasi kremasi yang pada saat itu menjadi lokasi tempat pemisahan sisa kremasi Guru kita Yang Mulia Bhante Jinadhammo Mahathera.
Saya sangat beruntung memiliki kesempatan "ehipasiko" langsung melihat dari dekat pemisahan dari hasil kremasi Guru kita Eyang Bhante Jinadhammo Mahathera yang ternyata banyak relik2 ditemukan. Kami Namaskara merasa beruntung merasa terberkahi memiliki Guru yang hasil kremasi nya menghasilkan banyak relik2.
Banyak Bhante2 yang ikut di dalam ehipasiko pemilihan relik ini bahkan ada 3 orang ( Pak Rames Khumar, juru foto Hendra Sami, Pak Rawi Khumar ) yang di liang kremasi membantu mengambil sisa2 hasil kremasi setelah tulang2 utama di ambil Suhu & Bhante2.
Foto relik yang beredar di media on line itu merupakan hasil pemilihan di sekitar an pukul 10.30wib, (selesai +- pukul 14.00wib). Dari foto ini ada relik yang bening (besarnya 2 kali besar kacang kedelai), ada yang warna emas, ada yang warna perak. Terakhir kami mendapatkan informasi ada puluhan relik kecil yang sudah mengkristal seperti intan berkilau.
Namaskara Eyang Bhante...Sadhu...3x
Saat relik2 sudah di taruh di stupa besar dan relik yang berkilau di taruh di stupa kecil yang bening mau di antar dari lokasi kremasi ke Vihara Borobudur Medan, cuaca yang sebelumnya mendung, mulai hujan rintik dan saat Bhante2 yang membawa Relik & sisa abu hasil kremasi memasuki mobil jenazah hujan lebat mengiringi sampai ke Vihara Borobudur Medan. Dan hujan lebat ini berhenti setelah Bhante2 dan umat Buddha selesai membacakan Paritta singkat dan Namaskara ke Altar.
Stupa besar & stupa kecil bening yang berisi Relik2 Guru kita Eyang Bhante Jinadhammo Mahathera akan di taruh di Vihara Borobudur Medan sampai peringatan hari ke 49 wafatnya Eyang Bhante, di mana di berikan kesempatan kepada seluruh umat Buddha untuk datang Namaskara memberi hormat kepada Guru kita yang sangat berjasa terhadap perkembangan Ajaran Buddha di Nusantara khususnya di pulau Sumatera.
Kita murid2 Beliau sepeninggal Eyang Bhante seperti pesan2 Eyang harus berusaha mengingat Ajaran2 Beliau, merenungkan pesan2 Bhante dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Semoga bermanfaat dan berbahagia...Sadhu...3x
Mdn, 070223 (kerja di rumah)
Foto di Vihara Borobudur lantai G tempat Stupa relik Eyang Bhante.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda