Senin, 29 Mei 2023

Tripitaka: Sejarah dan Isinya Kompas.com - 08/02/2022, 09:00 WIB Kitab Suci Agama Buddha, Tripitaka Lihat Foto Kitab Suci Agama Buddha, Tripitaka(Wikipedia Commons) Kitab Suci Agama Buddha, Tripitaka Penulis Lukman Hadi Subroto | Editor Widya Lestari Ningsih KOMPAS.com



Kitab Tripitaka adalah sebuah naskah kuno yang berisi ajaran bagi pemeluk Agama Buddha. Kata Tripitaka berasal dari bahasa Sanskerta, tri yang berarti tiga, dan pitaka yang artinya keranjang. Sehingga arti Tripitaka adalah tiga keranjang.

Istilah "tiga keranjang" pada awalnya diartikan sebagai wadah manuskrip dari daun lontar yang berisi tiga Kanon Buddhis (Vinaya, Sutta, dan Abhidhamma). Dalam perkembangannya Tripitaka atau Tipitaka adalah istilah yang digunakan untuk menyebut tiga bagian/wadah/himpunan Kitab Suci Agama Buddha.

Masing-masing aliran Buddhis awal kemungkinan memiliki versi Tripitaka sendiri. Kanon Pali, Kanon Buddhis Tiongkok, dan Kanon Buddhis Tibet adalah beberapa Tripitaka terpenting di dalam ajaran Buddha kontemporer. Baca juga: Kitab Weda: Sejarah, Bagian, Isi, dan Sifatnya Isi Tripitaka Isi dari Kitab Tripitaka mengandung tiga kelompok pengajaran, yaitu Vinaya Pitaka, Sutta atau Sutra Pitaka, dan Abhidharma Pitaka.

Berikut ini isi dari masing-masing tiga bagian dari Kitab Tripitaka. Vinaya Pitaka adalah bagian pertama Tripitaka yang berisi tentang peraturan-peraturan bagi para Bhikkhu dan Bhikkhuni.

Sutra Pitaka berisi tentang khotbah-khotbah Buddha selama 45 tahun yang membabarkan Dharma sejumlah 84.000 ajaran. Abhidharma Pitaka berisi tentang ilmu filsafat dan metafisika Agama Buddha.

Baca juga: Masuknya Hindu-Buddha ke Nusantara

Sejarah Tripitaka Awalnya, Tripitaka diwariskan secara lisan dari generasi ke generasi yang lainnya. Namun, satu abad setelah Sang Buddha meninggal, terjadi perdebatan terkait Vinaya Pitaka. Dalam perdebatan tersebut disinggung apakah peraturan yang terdapat dalam Vinaya Pitaka dapat diubah dan disesuaikan. Setelah melalui perdebatan panjang dan tidak menemui titik terang, diadakan sebuah Sidang Agung I pada 542 SM.

Sidang Agung ini berlangsung selama dua bulan. Tujuan utamanya adalah menghimpun ajaran Sang Buddha agar tetap murni dan kuat. Satu abad setelah Sidang Agung I, diadakan lagi Sidang Agung II pada 443 SM, yang berlangsung selama empat bulan. Sidang ini diadakan karena sekelompok Bhikkhu Sangha ingin mengubah dan merevisi isi dari Vinaya Pitaka yang dinilai terlalu keras.

Baca juga: I-Tsing, Biksu China yang Memperdalam Agama Buddha di Sriwijaya Kelompok Bhikku yang ingin mengubah Vinaya Pitaka ini akhirnya menjadi aliran Mahayana.

Sedangkan para Bhikku yang memegang teguh kemurnian Vinaya Pitaka dinamakan Sthaviravada yang kelak disebut dengan aliran Theravada. Setelah Sidang Agung II terlaksana, ajaran Buddha kembali berjalan hingga 200 tahun lebih.

Kemudian, diadakan lagi Sidang Agung III yang diperkirakan berlangsung pada 313 SM. Sidang Agung III berlangsung selama sembilan bulan. Setelah itu, agama Buddha menyebar ke seluruh penjuru dunia.

Selang beberapa abad, Sidang Agung IV diadakan, tepatnya saat pemerintahan Raja Vattagamani Abhaya dari Srilanka. Dalam Sidang Agung IV ini, untuk pertama kalinya Kitab Suci Tripitaka dituliskan ke dalam bahasa Pali. Pada 1956 atau Buddhis 2498, Kitab Tripitaka diterjemahkan dari bahasa Pali ke beberapa bahasa Barat.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Tripitaka: Sejarah dan Isinya", Klik untuk baca: https://www.kompas.com/stori/read/2022/02/08/090000579/tripitaka--sejarah-dan-isinya?page=all.
Penulis : Lukman Hadi Subroto
Editor : Widya Lestari Ningsih

Kompascom+ baca berita tanpa iklan: https://kmp.im/plus6
Download aplikasi: https://kmp.im/app6




Tripitaka: Sejarah dan Isinya Kompas.com - 08/02/2022, 09:00 WIB Kitab Suci Agama Buddha, Tripitaka Lihat Foto Kitab Suci Agama Buddha, Tripitaka(Wikipedia Commons) Kitab Suci Agama Buddha, Tripitaka Penulis Lukman Hadi Subroto | Editor Widya Lestari Ningsih KOMPAS.com - Kitab Tripitaka adalah sebuah naskah kuno yang berisi ajaran bagi pemeluk Agama Buddha. Kata Tripitaka berasal dari bahasa Sanskerta, tri yang berarti tiga, dan pitaka yang artinya keranjang. Sehingga arti Tripitaka adalah tiga keranjang. Istilah "tiga keranjang" pada awalnya diartikan sebagai wadah manuskrip dari daun lontar yang berisi tiga Kanon Buddhis (Vinaya, Sutta, dan Abhidhamma). Dalam perkembangannya Tripitaka atau Tipitaka adalah istilah yang digunakan untuk menyebut tiga bagian/wadah/himpunan Kitab Suci Agama Buddha. Masing-masing aliran Buddhis awal kemungkinan memiliki versi Tripitaka sendiri. Kanon Pali, Kanon Buddhis Tiongkok, dan Kanon Buddhis Tibet adalah beberapa Tripitaka terpenting di dalam ajaran Buddha kontemporer. Baca juga: Kitab Weda: Sejarah, Bagian, Isi, dan Sifatnya Isi Tripitaka Isi dari Kitab Tripitaka mengandung tiga kelompok pengajaran, yaitu Vinaya Pitaka, Sutta atau Sutra Pitaka, dan Abhidharma Pitaka. Berikut ini isi dari masing-masing tiga bagian dari Kitab Tripitaka. Vinaya Pitaka adalah bagian pertama Tripitaka yang berisi tentang peraturan-peraturan bagi para Bhikkhu dan Bhikkhuni. Sutra Pitaka berisi tentang khotbah-khotbah Buddha selama 45 tahun yang membabarkan Dharma sejumlah 84.000 ajaran. Abhidharma Pitaka berisi tentang ilmu filsafat dan metafisika Agama Buddha. Baca juga: Masuknya Hindu-Buddha ke Nusantara Sejarah Tripitaka Awalnya, Tripitaka diwariskan secara lisan dari generasi ke generasi yang lainnya. Namun, satu abad setelah Sang Buddha meninggal, terjadi perdebatan terkait Vinaya Pitaka. Dalam perdebatan tersebut disinggung apakah peraturan yang terdapat dalam Vinaya Pitaka dapat diubah dan disesuaikan. Setelah melalui perdebatan panjang dan tidak menemui titik terang, diadakan sebuah Sidang Agung I pada 542 SM. Sidang Agung ini berlangsung selama dua bulan. Tujuan utamanya adalah menghimpun ajaran Sang Buddha agar tetap murni dan kuat. Satu abad setelah Sidang Agung I, diadakan lagi Sidang Agung II pada 443 SM, yang berlangsung selama empat bulan. Sidang ini diadakan karena sekelompok Bhikkhu Sangha ingin mengubah dan merevisi isi dari Vinaya Pitaka yang dinilai terlalu keras. Baca juga: I-Tsing, Biksu China yang Memperdalam Agama Buddha di Sriwijaya Kelompok Bhikku yang ingin mengubah Vinaya Pitaka ini akhirnya menjadi aliran Mahayana. Sedangkan para Bhikku yang memegang teguh kemurnian Vinaya Pitaka dinamakan Sthaviravada yang kelak disebut dengan aliran Theravada. Setelah Sidang Agung II terlaksana, ajaran Buddha kembali berjalan hingga 200 tahun lebih. Kemudian, diadakan lagi Sidang Agung III yang diperkirakan berlangsung pada 313 SM. Sidang Agung III berlangsung selama sembilan bulan. Setelah itu, agama Buddha menyebar ke seluruh penjuru dunia. Selang beberapa abad, Sidang Agung IV diadakan, tepatnya saat pemerintahan Raja Vattagamani Abhaya dari Srilanka. Dalam Sidang Agung IV ini, untuk pertama kalinya Kitab Suci Tripitaka dituliskan ke dalam bahasa Pali. Pada 1956 atau Buddhis 2498, Kitab Tripitaka diterjemahkan dari bahasa Pali ke beberapa bahasa Barat.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Tripitaka: Sejarah dan Isinya", Klik untuk baca: https://www.kompas.com/stori/read/2022/02/08/090000579/tripitaka--sejarah-dan-isinya?page=all.
Penulis : Lukman Hadi Subroto
Editor : Widya Lestari Ningsih

Kompascom+ baca berita tanpa iklan: https://kmp.im/plus6
Download aplikasi: https://kmp.im/app6
Tripitaka: Sejarah dan Isinya Kompas.com - 08/02/2022, 09:00 WIB Kitab Suci Agama Buddha, Tripitaka Lihat Foto Kitab Suci Agama Buddha, Tripitaka(Wikipedia Commons) Kitab Suci Agama Buddha, Tripitaka Penulis Lukman Hadi Subroto | Editor Widya Lestari Ningsih KOMPAS.com - Kitab Tripitaka adalah sebuah naskah kuno yang berisi ajaran bagi pemeluk Agama Buddha. Kata Tripitaka berasal dari bahasa Sanskerta, tri yang berarti tiga, dan pitaka yang artinya keranjang. Sehingga arti Tripitaka adalah tiga keranjang. Istilah "tiga keranjang" pada awalnya diartikan sebagai wadah manuskrip dari daun lontar yang berisi tiga Kanon Buddhis (Vinaya, Sutta, dan Abhidhamma). Dalam perkembangannya Tripitaka atau Tipitaka adalah istilah yang digunakan untuk menyebut tiga bagian/wadah/himpunan Kitab Suci Agama Buddha. Masing-masing aliran Buddhis awal kemungkinan memiliki versi Tripitaka sendiri. Kanon Pali, Kanon Buddhis Tiongkok, dan Kanon Buddhis Tibet adalah beberapa Tripitaka terpenting di dalam ajaran Buddha kontemporer. Baca juga: Kitab Weda: Sejarah, Bagian, Isi, dan Sifatnya Isi Tripitaka Isi dari Kitab Tripitaka mengandung tiga kelompok pengajaran, yaitu Vinaya Pitaka, Sutta atau Sutra Pitaka, dan Abhidharma Pitaka. Berikut ini isi dari masing-masing tiga bagian dari Kitab Tripitaka. Vinaya Pitaka adalah bagian pertama Tripitaka yang berisi tentang peraturan-peraturan bagi para Bhikkhu dan Bhikkhuni. Sutra Pitaka berisi tentang khotbah-khotbah Buddha selama 45 tahun yang membabarkan Dharma sejumlah 84.000 ajaran. Abhidharma Pitaka berisi tentang ilmu filsafat dan metafisika Agama Buddha. Baca juga: Masuknya Hindu-Buddha ke Nusantara Sejarah Tripitaka Awalnya, Tripitaka diwariskan secara lisan dari generasi ke generasi yang lainnya. Namun, satu abad setelah Sang Buddha meninggal, terjadi perdebatan terkait Vinaya Pitaka. Dalam perdebatan tersebut disinggung apakah peraturan yang terdapat dalam Vinaya Pitaka dapat diubah dan disesuaikan. Setelah melalui perdebatan panjang dan tidak menemui titik terang, diadakan sebuah Sidang Agung I pada 542 SM. Sidang Agung ini berlangsung selama dua bulan. Tujuan utamanya adalah menghimpun ajaran Sang Buddha agar tetap murni dan kuat. Satu abad setelah Sidang Agung I, diadakan lagi Sidang Agung II pada 443 SM, yang berlangsung selama empat bulan. Sidang ini diadakan karena sekelompok Bhikkhu Sangha ingin mengubah dan merevisi isi dari Vinaya Pitaka yang dinilai terlalu keras. Baca juga: I-Tsing, Biksu China yang Memperdalam Agama Buddha di Sriwijaya Kelompok Bhikku yang ingin mengubah Vinaya Pitaka ini akhirnya menjadi aliran Mahayana. Sedangkan para Bhikku yang memegang teguh kemurnian Vinaya Pitaka dinamakan Sthaviravada yang kelak disebut dengan aliran Theravada. Setelah Sidang Agung II terlaksana, ajaran Buddha kembali berjalan hingga 200 tahun lebih. Kemudian, diadakan lagi Sidang Agung III yang diperkirakan berlangsung pada 313 SM. Sidang Agung III berlangsung selama sembilan bulan. Setelah itu, agama Buddha menyebar ke seluruh penjuru dunia. Selang beberapa abad, Sidang Agung IV diadakan, tepatnya saat pemerintahan Raja Vattagamani Abhaya dari Srilanka. Dalam Sidang Agung IV ini, untuk pertama kalinya Kitab Suci Tripitaka dituliskan ke dalam bahasa Pali. Pada 1956 atau Buddhis 2498, Kitab Tripitaka diterjemahkan dari bahasa Pali ke beberapa bahasa Barat.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Tripitaka: Sejarah dan Isinya", Klik untuk baca: https://www.kompas.com/stori/read/2022/02/08/090000579/tripitaka--sejarah-dan-isinya?page=all.
Penulis : Lukman Hadi Subroto
Editor : Widya Lestari Ningsih

Kompascom+ baca berita tanpa iklan: https://kmp.im/plus6
Download aplikasi: https://kmp.im/app6
Tripitaka: Sejarah dan Isinya Kompas.com - 08/02/2022, 09:00 WIB Kitab Suci Agama Buddha, Tripitaka Lihat Foto Kitab Suci Agama Buddha, Tripitaka(Wikipedia Commons) Kitab Suci Agama Buddha, Tripitaka Penulis Lukman Hadi Subroto | Editor Widya Lestari Ningsih KOMPAS.com - Kitab Tripitaka adalah sebuah naskah kuno yang berisi ajaran bagi pemeluk Agama Buddha. Kata Tripitaka berasal dari bahasa Sanskerta, tri yang berarti tiga, dan pitaka yang artinya keranjang. Sehingga arti Tripitaka adalah tiga keranjang. Istilah "tiga keranjang" pada awalnya diartikan sebagai wadah manuskrip dari daun lontar yang berisi tiga Kanon Buddhis (Vinaya, Sutta, dan Abhidhamma). Dalam perkembangannya Tripitaka atau Tipitaka adalah istilah yang digunakan untuk menyebut tiga bagian/wadah/himpunan Kitab Suci Agama Buddha. Masing-masing aliran Buddhis awal kemungkinan memiliki versi Tripitaka sendiri. Kanon Pali, Kanon Buddhis Tiongkok, dan Kanon Buddhis Tibet adalah beberapa Tripitaka terpenting di dalam ajaran Buddha kontemporer. Baca juga: Kitab Weda: Sejarah, Bagian, Isi, dan Sifatnya Isi Tripitaka Isi dari Kitab Tripitaka mengandung tiga kelompok pengajaran, yaitu Vinaya Pitaka, Sutta atau Sutra Pitaka, dan Abhidharma Pitaka. Berikut ini isi dari masing-masing tiga bagian dari Kitab Tripitaka. Vinaya Pitaka adalah bagian pertama Tripitaka yang berisi tentang peraturan-peraturan bagi para Bhikkhu dan Bhikkhuni. Sutra Pitaka berisi tentang khotbah-khotbah Buddha selama 45 tahun yang membabarkan Dharma sejumlah 84.000 ajaran. Abhidharma Pitaka berisi tentang ilmu filsafat dan metafisika Agama Buddha. Baca juga: Masuknya Hindu-Buddha ke Nusantara Sejarah Tripitaka Awalnya, Tripitaka diwariskan secara lisan dari generasi ke generasi yang lainnya. Namun, satu abad setelah Sang Buddha meninggal, terjadi perdebatan terkait Vinaya Pitaka. Dalam perdebatan tersebut disinggung apakah peraturan yang terdapat dalam Vinaya Pitaka dapat diubah dan disesuaikan. Setelah melalui perdebatan panjang dan tidak menemui titik terang, diadakan sebuah Sidang Agung I pada 542 SM. Sidang Agung ini berlangsung selama dua bulan. Tujuan utamanya adalah menghimpun ajaran Sang Buddha agar tetap murni dan kuat. Satu abad setelah Sidang Agung I, diadakan lagi Sidang Agung II pada 443 SM, yang berlangsung selama empat bulan. Sidang ini diadakan karena sekelompok Bhikkhu Sangha ingin mengubah dan merevisi isi dari Vinaya Pitaka yang dinilai terlalu keras. Baca juga: I-Tsing, Biksu China yang Memperdalam Agama Buddha di Sriwijaya Kelompok Bhikku yang ingin mengubah Vinaya Pitaka ini akhirnya menjadi aliran Mahayana. Sedangkan para Bhikku yang memegang teguh kemurnian Vinaya Pitaka dinamakan Sthaviravada yang kelak disebut dengan aliran Theravada. Setelah Sidang Agung II terlaksana, ajaran Buddha kembali berjalan hingga 200 tahun lebih. Kemudian, diadakan lagi Sidang Agung III yang diperkirakan berlangsung pada 313 SM. Sidang Agung III berlangsung selama sembilan bulan. Setelah itu, agama Buddha menyebar ke seluruh penjuru dunia. Selang beberapa abad, Sidang Agung IV diadakan, tepatnya saat pemerintahan Raja Vattagamani Abhaya dari Srilanka. Dalam Sidang Agung IV ini, untuk pertama kalinya Kitab Suci Tripitaka dituliskan ke dalam bahasa Pali. Pada 1956 atau Buddhis 2498, Kitab Tripitaka diterjemahkan dari bahasa Pali ke beberapa bahasa Barat. Referensi: Septianingrum, Anisa. (2017). Sejarah Peradaban Dunia Kuno Empat Benua. Yogyakarta: Anak Hebat Indonesia.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Tripitaka: Sejarah dan Isinya", Klik untuk baca: https://www.kompas.com/stori/read/2022/02/08/090000579/tripitaka--sejarah-dan-isinya?page=all.
Penulis : Lukman Hadi Subroto
Editor : Widya Lestari Ningsih

Kompascom+ baca berita tanpa iklan: https://kmp.im/plus6
Download aplikasi: https://kmp.im/app6
Tripitaka: Sejarah dan Isinya Kompas.com - 08/02/2022, 09:00 WIB Kitab Suci Agama Buddha, Tripitaka Lihat Foto Kitab Suci Agama Buddha, Tripitaka(Wikipedia Commons) Kitab Suci Agama Buddha, Tripitaka Penulis Lukman Hadi Subroto | Editor Widya Lestari Ningsih KOMPAS.com - Kitab Tripitaka adalah sebuah naskah kuno yang berisi ajaran bagi pemeluk Agama Buddha. Kata Tripitaka berasal dari bahasa Sanskerta, tri yang berarti tiga, dan pitaka yang artinya keranjang. Sehingga arti Tripitaka adalah tiga keranjang. Istilah "tiga keranjang" pada awalnya diartikan sebagai wadah manuskrip dari daun lontar yang berisi tiga Kanon Buddhis (Vinaya, Sutta, dan Abhidhamma). Dalam perkembangannya Tripitaka atau Tipitaka adalah istilah yang digunakan untuk menyebut tiga bagian/wadah/himpunan Kitab Suci Agama Buddha. Masing-masing aliran Buddhis awal kemungkinan memiliki versi Tripitaka sendiri. Kanon Pali, Kanon Buddhis Tiongkok, dan Kanon Buddhis Tibet adalah beberapa Tripitaka terpenting di dalam ajaran Buddha kontemporer. Baca juga: Kitab Weda: Sejarah, Bagian, Isi, dan Sifatnya Isi Tripitaka Isi dari Kitab Tripitaka mengandung tiga kelompok pengajaran, yaitu Vinaya Pitaka, Sutta atau Sutra Pitaka, dan Abhidharma Pitaka. Berikut ini isi dari masing-masing tiga bagian dari Kitab Tripitaka. Vinaya Pitaka adalah bagian pertama Tripitaka yang berisi tentang peraturan-peraturan bagi para Bhikkhu dan Bhikkhuni. Sutra Pitaka berisi tentang khotbah-khotbah Buddha selama 45 tahun yang membabarkan Dharma sejumlah 84.000 ajaran. Abhidharma Pitaka berisi tentang ilmu filsafat dan metafisika Agama Buddha. Baca juga: Masuknya Hindu-Buddha ke Nusantara Sejarah Tripitaka Awalnya, Tripitaka diwariskan secara lisan dari generasi ke generasi yang lainnya. Namun, satu abad setelah Sang Buddha meninggal, terjadi perdebatan terkait Vinaya Pitaka. Dalam perdebatan tersebut disinggung apakah peraturan yang terdapat dalam Vinaya Pitaka dapat diubah dan disesuaikan. Setelah melalui perdebatan panjang dan tidak menemui titik terang, diadakan sebuah Sidang Agung I pada 542 SM. Sidang Agung ini berlangsung selama dua bulan. Tujuan utamanya adalah menghimpun ajaran Sang Buddha agar tetap murni dan kuat. Satu abad setelah Sidang Agung I, diadakan lagi Sidang Agung II pada 443 SM, yang berlangsung selama empat bulan. Sidang ini diadakan karena sekelompok Bhikkhu Sangha ingin mengubah dan merevisi isi dari Vinaya Pitaka yang dinilai terlalu keras. Baca juga: I-Tsing, Biksu China yang Memperdalam Agama Buddha di Sriwijaya Kelompok Bhikku yang ingin mengubah Vinaya Pitaka ini akhirnya menjadi aliran Mahayana. Sedangkan para Bhikku yang memegang teguh kemurnian Vinaya Pitaka dinamakan Sthaviravada yang kelak disebut dengan aliran Theravada. Setelah Sidang Agung II terlaksana, ajaran Buddha kembali berjalan hingga 200 tahun lebih. Kemudian, diadakan lagi Sidang Agung III yang diperkirakan berlangsung pada 313 SM. Sidang Agung III berlangsung selama sembilan bulan. Setelah itu, agama Buddha menyebar ke seluruh penjuru dunia. Selang beberapa abad, Sidang Agung IV diadakan, tepatnya saat pemerintahan Raja Vattagamani Abhaya dari Srilanka. Dalam Sidang Agung IV ini, untuk pertama kalinya Kitab Suci Tripitaka dituliskan ke dalam bahasa Pali. Pada 1956 atau Buddhis 2498, Kitab Tripitaka diterjemahkan dari bahasa Pali ke beberapa bahasa Barat. Referensi: Septianingrum, Anisa. (2017). Sejarah Peradaban Dunia Kuno Empat Benua. Yogyakarta: Anak Hebat Indonesia.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Tripitaka: Sejarah dan Isinya", Klik untuk baca: https://www.kompas.com/stori/read/2022/02/08/090000579/tripitaka--sejarah-dan-isinya?page=all.
Penulis : Lukman Hadi Subroto
Editor : Widya Lestari Ningsih

Kompascom+ baca berita tanpa iklan: https://kmp.im/plus6
Download aplikasi: https://kmp.im/app6

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda