Serie Ke-3-Asal Mula Aliran-Aliran Buddhis- PENULIS: Bhikkhu Sujato 2006
Abstraksi
KONSEP “ALIRAN” yang telah berevolusi dalam pikiran saya seraya saya mengejar
karya ini telah memiliki suatu hubungan dengan gagasan sesuatu “yang berbeda
sepenuhnya”: sekelompok Sangha yang telah melihat dirinya sendiri karena dalam
beberapa pengertian berbeda dari Sangha lainnya, dan yang memandang sistem
mereka sendiri sebagai sesuatu yang lengkap, cukup untuk suatu kehidupan
spiritual. Ini akan melibatkan suatu tradisi tekstual, pusat ketaatan, silsilah
para guru, dukungan institusi, dst. Ketika faktor-faktor ini ada di sana dalam
suatu tingkat yang cukup untuk bagian tertentu dari Sangha guna menyetujui
bahwa mereka sendiri mengandung sesuatu “yang berbeda sepenuhnya”, kita dapat
mengatakannya suatu aliran.
Marilah kita mempertimbangkan bukti utama untuk pembentukan sektarian, dengan
membagi sumber kita menjadi dua kelompok, yang sebelum dan yang sesudah Masehi
(sekitar 400-500 AN), dan melihat di mana sesuatu yang berbeda sepenuhnya itu
dapat diamati. Dalam setiap kelompok saya akan menganggap bukti arkeologis
pertama-tama, karena itu dapat dengan jelas ditetapkan waktunya. Masa semua
sumber tekstual dapat dipertanyakan, dan kebanyakan darinya mungkin
mengangkangi pembagian kita. Namun demikian, saya berusaha memberikan suatu
tempat sebaik yang saya bisa.
Periode Awal (Sebelum
Masehi)
Di sini sumber utama kita adalah bukti arkeologis dari prasasti Aśoka serta
prasasti dan stupa Vedisa, literatur doxografis [menggambarkan pendapat atau
filosofis masa sebelumnya] (Kathāvatthu dan Vijñānakāya), dan Komentar Vinaya
Sinhala (yang dengan pastinya berhubungan dengan bukti arkeologis dibuktikan
memiliki akar dalam periode ini). Kita dapat juga memasukkan legenda Aśoka
yang, sementara tidak memiliki kepastian arkeologis yang berbeda demikian
seperti Komentar Vinaya, namun sedikitnya mungkin memiliki beberapa asal mula
yang sama dalam periode ini.
Prasasti-prasasti Aśoka tidak menyebutkan aliran mana pun atau kejadian
perpecahan eksplisit mana pun. Ketika maklumat-maklumat mengatakan Sangha telah
“dibuat bersatu”, ini menyatakan bahwa terdapat beberapa konflik, tetapi ini
jatuh pada sejenis pengembangan bahwa perpecahan telah terjadi. Dalam semua
kasus, bahkan jika telah terjadi perpecahan, maklumat itu memastikan bahwa itu
telah diselesaikan. Atau maklumat-maklumat Aśoka tidak menyebutkan ajaran,
teks, atau apa pun lainnya yang dapat memberi petunjuk keberadaan
aliran-aliran. Faktor utama pembentuk aliran yang sedang bekerja di sini akan
berupa penyebaran geografis Sangha, yang akan menjadi kekuatan yang besar dalam
evolusi identitas sektarian yang berbeda.
Tulisan pada peti mati yang diambil dari stupa-stupa di Vedisa menyebutkan
beberapa faktor pembentuk aliran, seperti para orang suci lokal, institusi
lokal, dan nama Hemavata, yang sedikitnya pada beberapa waktu dianggap sebagai
nama suatu aliran. Tetapi di sana tidak ada bukti yang jelas dan pasti atas
keberadaan suatu aliran. Hemavata mungkin murni istilah geografis di sini.
Seperti yang diteliti Cousins, tidak ada bukti jelas atas teks-teks Hemavata
yang tertahan, maka status aliran ini meragukan dalam setiap hal. Munculnya
identitas lokal merupakan perkembangan alami dari penyebaran geografis di bawah
Aśoka, dan kita tidak memiliki bukti bahwa komunitas Vedisa melihat dirinya
sendiri berbeda dari komunitas Buddhis lainnya.
Literatur doxografis juga sama membuktikan faktor-faktor pembentuk aliran,
khususnya penjelasan atas ajaran-ajaran kontroversial yang mencirikan
aliran-aliran tertentu. Tetapi tidak ada pengakuan eksplisit atas keberadaan
aliran-aliran, dengan pengecualian tersendiri dari penyebutan Puggalavāda dalam
Vijñānakāya.
Komentar Vinaya Sinhala diselesaikan sangat belakangan, tetapi terdapat bukti
arkeologis yang pasti yang membuktikan bagian-bagian yang sesuai pasti berasal
dari catatan sejarah yang asli. Ini terutama benar dalam kasus
Sudassanavinayavibhāsā, yang terbukti dibawa ke Cina dan diterjemahkan dari
suatu teks yang lebih tua daripada revisi komentar Buddhaghosa pada abad ke-5
M. Teks ini menguraikan kejadian yang luas dari periode yang dipertanyakan, dan
tidak menemukan alasan untuk menyebutkan bahkan sambil lalu keberadaan aliran
mana pun.
Hal yang sama dengan Aśokavadāna, Aśokarājasūtra, Divyavadāna, dst menguraikan
banyak kisah tentang Aśoka tanpa melibatkan aliran-aliran. Tentu saja karya
legenda ini banyak ditambah sepanjang waktu, tetapi jika apa pun tambahan ini
memperkuat argumen kita: karena teks-teks ini tak diragukan lagi diselesaikan
dalam masa sektarian, pasti ada usaha untuk secara eksplisit menghubungkan
Aśoka dengan aliran mereka sendiri. Tetapi ini tidak dilakukan, setidaknya
sejauh yang telah saya lihat.
Sebagai kesimpulan pada periode ini, tidak ada bukti yang dengan jelas milik
periode ini yang menyebutkan atau menyatakan keberadaan aliran-aliran. Kita
hanya menemukan penyebutan berbagai kekuatan yang membawa pada pembentuk
aliran, tidak pernah aliran sesungguhnya yang berasal dari kekuatan-kekuatan
ini. Ini masih benar bahkan jika kita mengizinkan teks-teks yang sebenarnya
diselesaikan belakangan, tetapi mungkin memiliki akar dalam periode ini.
Periode Pertenngahan
(Setelah Masehi)
Untuk periode ini sumber utama kita adalah bukti prasasti, berbagai kisah
perpecahan, dan literatur śāstra/komentar.
Prasasti-prasasti, yang dimulai di Mathura sekitar tahun 100 M, secara teratur
menyebutkan nama-nama aliran.
Śāstra (misalnya Abhidharmakośa, dst) dan komentar-komentar (misalnya
Kathāvatthu-aṭṭhakathā, Mahāvibhāṣā, dst) secara teratur menyebutkan
aliran-aliran berdasarkan nama, dan membahas ajaran-ajaran mereka. Sumber
tekstual bersesuaian dengan sangat baik satu sama lainnya, dan juga dengan
prasasti-prasasti.
Kisah perpecahan juga menyebutkan nama-nama yang sama dan kadangkala ajaran
yang sama seperti sumber lainnya.
Kisah perpecahanlah yang harus kita bahas secara lebih detail, karena merupakan
sumber utama di mana gagasan perpecahan awal berasal. Empat teks utama
berhubungan erat dan harus dikembalikan pada asal mula yang sama dalam beberapa
aspek. Beberapa daftar lainnya tidak dianggap di sini (seperti Bhavya I dan II)
tetapi saya percaya daftar ini tidak akan mengubah masalah secara signifikan.
Empat teks utama ini adalah:
• Śāriputraparipṛcchā (Mahāsaṅghika)
• Samayabhedoparacanacakra oleh Vasumitra (Sarvāstivāda: ini
harus ditafsirkan bersama dengan Mahāvibhāṣā)
• Dīpavaṁsa (Mahāvihāra/Vibhajjavāda/Sthavira)
• Bhavya III (Puggalavāda)
Kisah-kisah ini lebih jauh dibagi ke dalam dua pasang berdasarkan masanya.
Śāriputraparipṛcchā dan karya Vasumitra lebih awal, dan mungkin berasal dari
masa sekitar tahun 200 M. Dīpavaṁsa dan Bhavya III lebih mungkin berasal dari
tahun 400 M (walaupun teks Bhavya III masih lebih belakangan, 600 M+).
Śāriputraparipṛcchā, yang adalah kisah perpecahan yang paling awal atau kedua
paling awal, berasal dari Mahāsaṅghika. Kisah ini, yang menghubungkan
perpecahan pada suatu upaya pada pihak Sthavira untuk mengembangkan Vinaya
kuno, memberikan waktu perpecahan sekitar satu abad setelah Aśoka. Seperti yang
telah kita lihat, ini adalah catatan yang sangat cocok dengan bukti prasasti,
dan dengan semua bukti teksual awal. Teks ini telah diabaikan para sarjana yang
telah menyatakan teks tersebut tidak jujur dan secara kronologis membingungkan.
Namun, pemeriksaan yang dekat terhadap teks ini tidak mendukung hal ini. Teks
ini, tak dapat disangkal, suatu teks yang miskin dan sulit diterjemahkan,
tetapi kronologi periode yang dipertanyakan sesuai secara koheren pada
keseluruhan naratif. Perpecahan tidak dapat secara acak dimundurkan sebelum
masa Aśoka tanpa menghancurkan konteks ini. Sesungguhnya, salah satu tujuan
utama naratif adalah untuk mengklaim atas otoritas mitos aliran Mahāsaṅghika
terhadap Upagupta, seorang tokoh yang berhubungan erat dengan Aśoka.
Vasumitra menempatkan perpecahan pada masa Aśoka, di mana untuk kronologis
pendeknya adalah tahun 100+ AN. Versi ini, yang menghubungkan perpecahan pada
suatu perselisihan tentang “lima poin” di Pāṭaliputta, yang berhubungan erat
dengan Mahāvibhāṣā dan Bhavya III. Tetapi kita mencatat bahwa, sementara tiga
sumber menggambarkan kejadian yang sama, hanya Vasumitra yang menghubungkan ini
secara eksplisit dengan Aśoka. Disebabkan perbedaan cara menghitung tahun
antara Sang Buddha dan Aśoka, penanggalan ini sangat membingungkan: Vasumitra
menempatkan kejadian pada masa Aśoka, di mana teks tersebut mengatakan adalah
tahun 100+ AN; Bhavya III menempatkan kejadian yang sama sebelum masa Aśoka,
tetapi tahunnya adalah 137 AN. Mahāvibhāṣā tidak memberi nama raja, sehingga
tidak menyediakan dukungan terhadap penanggalan tertentu. Sebagai tambahan,
kisah, yang adalah suatu serangan yang sangat polemik pada “Mahādeva”, hanya
ditemukan pada Mahāvibhāṣā yang lebih besar dan belakangan, yang bertanggal
sekurangnya setengah milenium setelah kejadian itu. Dari Mahāvibhāṣā kita dapat
melihat bagaimana aliran Sarvāstivāda menggunakan kejadian ini untuk mengembangkan
mitos yang berbeda untuk menjelaskan bagaimana mereka dapat berkembang di
Kaśmīr. Ini akan menyediakan banyak dorongan bagi Sarvāstivādin untuk
menghubungkan perpecahan dengan Aśoka, tanpa memperhatikan fakta historis mana
pun.
Dīpavaṁsa disusun sesaat sebelum Buddhaghosa, dan oleh sebab itu sangat
belakangan daripada Śāriputraparipṛcchā atau Vasumitra. Bertanggalkan 700 tahun
setelah kejadian, inilah teks pertama yang mengklaim bahwa perpecahan terjadi
sebelum masa Aśoka, dengan menempatkannya segera setelah Konsili Kedua pada
tahun 100 AN. Kisah perpecahan telah disisipkan dari teks bergaya Vasumitra.
Namun, sebab perpecahan (penyimpangan teks), waktu, dan tempat (Vesālī)
semuanya berbeda sepenuhnya. Teks ini dengan kasar ditambahkan ke dalam suatu
penceritaan kembali kisah Konsili-Konsili selain yang dipertahankan dalam
Komentar Vinaya Sinhala. Tidak perlu untuk menganggap bahwa konteks asal
perpecahan yang ditambahkan menempatkan kejadian itu dalam konteks historis
tertentu; sebaliknya, latarnya jelas ganjil. Penanggalan Dīpavaṁsa atas
perpecahan segera setelah Konsili Kedua mungkin suatu temuan penulis Dīpavaṁsa
sendiri, yang tujuannya untuk membangun mitos eksklusif untuk Mahāvihāra.
Kredibilitas sejarah kisah ini mendekati nol.
Akhirnya, seperti Dīpavaṁsa, Bhavya III menempatkan perpecahan sebelum masa
Aśoka. Tetapi kejadian-kejadian itu tidak ada hubungannya dengan kisah dalam
Dīpavaṁsa. Alih-alih Bhavya III menghubungkan perpecahan dengan “lima poin”
seperti halnya Vasumitra, dengan penanggalan yang tidak konsisten seperti yang
saya sebutkan di atas. Kurangnya konteks mitos membuat kisah ini sulit untuk
dinilai, tetapi tidak untuk meragukannya ditekan untuk melayani guna
membenarkan aliran Puggalavāda. Kita mencatat bahwa inilah dua sumber terakhir
(Bhavya III dan Dīpavaṁsa) yang menempatkan perpecahan sebelum masa Aśoka. Ini
kelihatannya bahwa penanggalan perpecahan perlahan-lahan menjadi lebih awal,
suatu ciri alami proses mitos.
Untuk merangkum periode ini, maka, kita memiliki bukti yang konsisten dan jelas
atas penanggalan aliran-aliran Buddhis dari periode pertengahan (setelah
Masehi). Dalam semua kisah kita tentang Buddhis dari periode ini, keberadaan
dan sifat alami aliran-aliran diterima begitu saja dan merupakan suatu unsur
yang penting. Persetujuan dari sumber-sumber sejauh sampai nama-nama aliran,
antarhubungannya, dan ajaran-ajaran mereka yang berbeda-beda, semua hal
dipertimbangkan, adalah sangat mungkin, seperti yang dapat kita harapkan karena
hal-hal ini menggambarkan kondisi saat itu. Tetapi kisah-kisah asal mula
perpecahan, sudah jauh di masa lampau dari perspektif mereka sendiri, merupakan
sekumpulan kontradiksi. Dari ketiga kisah perpecahan yang menyediakan kita
dengan informasi yang cukup (Śāriputraparipṛcchā, Vasumitra/Mahāvibhāṣā, Dīpavaṁsa),
tidak dapat bantah bahwa fungsi utama dari kisah-kisah tersebut tidak untuk
mencatat sejarah tetapi untuk membenarkan aliran sendiri. Saya mempercayai ini
menyediakan alasan yang cukup untuk menjelaskan bagaimana aliran-aliran muncul
dengan berbagai sistem penanggalan mereka.
Tentu saja, ini tidak membuktikan bahwa penanggalan dalam teks-teks ini
semuanya salah. Sangat mungkin dan dalam kenyataannya sangat umum untuk
membangun suatu mitologi di luar kejadian sebenarnya. Tetapi dengan
mempertimbangkan kontradiksi-kontradiksi yang nyata saya berpikir ini
semata-mata yang tidak dibuat-buat untuk menggunakan penanggalan dalam
teks-teks ini untuk mencapai kesimpulan sederhana mana pun. Seperti semua
mitos, mereka menggambarkan situasi pada masa mereka sendiri (suatu situasi
Buddhisme sektarian) dan penanggalan kembali hal tersebut untuk mencari
pembenaran kuno.
Membandingkan bukti
sebelum Masehi dan sesudah Masehi
Walaupun rumitnya situasi, di mana semua kisah termasuk kisah saya sendiri tak
dapat diacuhkan harus menyimpang dengan menyederhanakan, keseluruhan pola
sungguh konsisten. Semua bukti dari periode awal (sebelum Masehi) kelihatanya
cukup bahagia mengatakan tentang Buddhisme dengan tidak menyebutkan
aliran-aliran. Berlawanan sepenuhnya, dalam periode pertengahan (sesudah
Masehi) bahan-bahan keberadaan aliran-aliran tak terpisahkan dalam bagaimana
Buddhisme dipahami. Bukti tekstual dan arkeologis sangat bersesuaian di sini.
Saya menyimpulkan bahwa berbagai kekuatan yang bersifat memisahkan berkumpul
melalui periode awal dan bermanifestasi dalam kemunculan “aliran-aliran “ pada
akhir periode awal, seperti yang digambarkan dalam Śāriputraparipṛcchā (dan
berbagai karya berbahasa Mandarin dan Tibet). Seraya pertanyaan identitas
sektarian menjadi lebih disadari, kisah mitos tentang perpecahan muncul di
periode pertengahan.
Mahāvihāravāsin
Untuk menemukan gambaran yang lebih realistis tentang bagaimana aliran-aliran
dapat muncul kita akan melihat di tempat lain. Salah satu kisah yang paling
lengkap tentang asal mula semua aliran ditemukan dalam Komentar Vinaya Sinhala,
yang ada dalam versi Pali Samantapāsādikā, dan penerjemahan bahasa Mandarin
Sudassanavinayavibhāsā (T 1462 善見律毘婆沙 Shan-Jian-Lu-Pi-Po-Sha). Komentar Vinaya
Sinhala mengisahkan beberapa kejadian yang menentukan yang terjadi pada masa
Aśoka. Terdapat konflik di dalam Sangha yang diselesaikan dengan mengeluarkan
para bhikkhu yang jahat oleh Aśoka bersama dengan Moggaliputtatissa Thera, yang
diikuti dengan “Konsili Ketiga” yang diadakan untuk menetapkan kembali
identitas bersama. Setelah itu Moggaliputtatissa mengatur pengiriman
“misionaris” ke berbagai bagian India. Tujuan utama kisah ini adalah untuk
membangun kepercayaan atas aliran Sinhala.
Saat ini kita menyebut aliran ini “Theravāda”, tetapi nama ini mengundang
berbagai bentuk kebingungan. Secara khusus adalah suatu kesalahan
mengidentifikasi aliran ini dengan “Sthavira” yang memisahkan diri dari Mahāsaṅghika
pada perpecahan pertama. Alih-alih, Mahāvihāravāsin hanyalah satu cabang dari
Sthravira yang berkembang di Sri Lanka dengan markas besar mereka di Mahāvihāra
di Anuradhapura. Dalam teks-teks mereka sendiri mereka menyebut diri mereka
sendiri sebagai Mahāvihāravāsin (“Yang Mendiami Vihara Besar”) dan saya akan
mengambil istilah ini. Harus dicatat bahwa ketika saya menunjuk pada teks-teks
dari aliran ini, ini tidak menyatakan bahwa aliran tersebut memang membuat
teks-teks tersebut; saya hanya memaksudkan teks-teks tersebut “sebagai yang
diterima oleh” atau “yang diturunkan oleh” Mahāvihāra. Dalam beberapa kasus
teks-teks ini disahkan oleh aliran tersebut, tetapi banyak darinya dipakai
bersama secara umum dengan aliran lainnya, dengan perbedaan tingkat editorial
yang berbeda-beda.
Terdapat dua buah bukti prasasti yang utama yang berasal dari periode awal
Buddhisme India: maklumat Aśoka dan peninggalan kotak penyimpanan di Vedisa.
Menariknya, keduanya memperkuat bukti yang ditemukan dalam Komentar Vinaya
Sinhala. Prasasti Vedisa menyebutkan nama-nama beberapa bhikkhu di mana Komentar
Vinaya Sinhala mengatakan mereka dikirimkan sebagai misionaris ke Himalaya
segera setelah “Konsili Ketiga”. Dan maklumat Aśoka yang disebut juga “maklumat
perpecahan” (yang sebenarnya mengatakan bahwa Sangha telah bersatu, tidak
terpecah belah!) menyebutkan pengusiran para bhikkhu yang jahat, di mana banyak
sarjana mengidentifikasi kejadian ini sebelum “Konsili Kedua”. Kita juga harus
mencatat bahwa pengiriman misionaris oleh Moggaliputtatissa sering dibandingkan
dengan pengiriman menteri-Dhamma oleh Aśoka; dan bahwa catatan arkeologis Sri
Lanka bersesuaian secara umum dengan gambaran misi tersebut. Dua bukti ini,
sementara tidak menentukan, menyediakan poin-poin persetujuan antara Komentar
Vinaya Sinhala dan catatan arkeologis. Hubungan antara bukti prasasti dan
tekstual ini mendorong kita untuk menganggap kisah [pengiriman] misi dalam
Komentar Vinaya Sinhala benar-benar sebuah sumber untuk asal mula
aliran-aliran.
Kisah [pengiriman] misi menggambarkan bagaimana aliran Sinhala dibangun oleh
putra Aśoka Mahinda dan putrinya bhikkhuni Saṅghamittā. Beberapa guru lainnya
digambarkan dikirim ke tempat-tempat yang berbeda. Sementara banyak misi ini
tidak dapat dikonfirmasi, Frauwallner dan yang lainnya telah menunjukkan bahwa
terdapat pola umum hal yang masuk akal dalam kisah ini.
Dalam konteks membangkitkan kembali silsilah bhikkhuni saat ini dalam
Theravāda, patut diingat misi Soṇa dan Uttara ke Suvaṇṇabhūmi, yang dipercaya
orang Burma menunjuk pada Burma, dan oleh orang Thai menunjuk pada Thailand.
Misi ini, yang sampai hari ini membentuk kisah penting tentang identitas diri
bagi umat Buddhis di daerah-daerah ini, dikatakan menghasilkan penahbisan 1500
orang wanita. Dengan demikian penahbisan bhikkhuni bersifat intrinsik bagi
Buddhisme Asia Tenggara dari awalnya.
Logged
"Holmes once said not to allow your
judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are
antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa
seniya
·
Global
Moderator
·
KalyanaMitta
·
·
Posts:
3.469
·
Reputasi:
169
·
Gender:
·
Om muni
muni mahamuni sakyamuni svaha
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda