Selasa, 24 Juli 2012

“ ARAHAT APAKAH MASIH ADA “



“Yang Mulia Gautama, ada para petapa dan brahmana yang memimpin sejumlah besar siswa yang mempunyai banyak pengiring, yang memimpin perguruan-perguruan yang terkenal dan termasyur dan mendapat penghormatan yang tinggi oleh khalayak ramai, guru-guru demikian itu adalah seperti: Purana Kassapa, Makkhali Gosala, Ajita Kesakambali, Pakudha Kaccayana, Sanjaya Belatthiputta, Nigantha-Nataputta.

Apakah mereka itu semuanya telah mencapai kebebasan (Arahat), seperti yang dikatakan oleh orang-orang itu, atau apakah tak seorang dari mereka yang mencapai kebebasan atau apakah hanya beberapa saja telah mencapai, dan yang lainnya tidak?”

“Cukuplah Subhadda. Biarkanlah apa yang dikatakan mereka, apakah semua dari mereka itu telah mencapai pembebasan, seperti yang disiarkan orang-orang itu, atau tidak ada seorangpun dari mereka itu yang mencapai kebebasan, atau hanya beberapa saja dari mereka itu yang mencapai kebebasan yang lain tidak. Hal itu tidak perlu dirundingkan.

Kini, aku akan mengajarkan kebenaran kepadamu, Subhadda, dengar dan perhatikanlah benar-benar, aku akan berbicara.”

“Baiklah, bhante,” jawab Subhadda.

Kemudian Bhagava berkata: “Subhadda, dalam Dhamma dan Winaya mana pun, jika tidak terdapat Jalan Mulia Berunsur Delapan, maka di sana pun tidak akan terdapat seorang petapa sejati yang telah mencapai tingkat pertama, kedua, ketiga atau keempat.

Tetapi dalam dhamma dan winaya yang mana pun, jika terdapat Jalan Mulia Berunsur Delapan, maka di sana pun akan terdapat petapa yang sejati yang telah mencapai tingkat pertama, kedua, ketiga atau keempat.

Kini, dalam Dhamma dan Winaya yang kami ajarkan terdapat Jalan Mulia Berunsur Delapan itu, maka dengan sendirinya juga terdapat petapa-petapa sejati yang telah mencapai tingkat pertama, kedua, ketiga atau keempat.

Ajaran guru-guru lainnya yang tidak memiliki Jalan Mulia Berunsur Delapan adalah kosong dan bukan petapa yang sejati.

Subhadda, jika para bhikkhu ini hidup dengan baik menurut dhamma dan winaya, maka dunia ini tidak akan kekosongan Arahat.

Subhadda, sejak kami berumur duapuluh sembilan tahun, kami telah meninggalkan kehidupan duniawi untuk mencari kebaikan. Subhadda, kini telah lewat limapuluh satu tahun, dan sepanjang waktu itu, kami telah berkelana dalam suasana kebajikan dan kebenaran. Waktu itu di luar tidak ada manusia suci. Juga tidak dari tingkat kedua, ketiga ataupun tingkat kesucian keempat.

Ajaran guru-guru lainnya yang tidak memiliki Jalan Mulia Berunsur Delapan adalah kosong dan bukan petapa yang sejati. Subhadda, jika para bhikkhu ini hidup dengan baik menurut Dhamma dan Winaya, maka dunia ini tidak akan kekosongan Arahat.”