Jumat, 01 April 2022

Package included: 1 x Artificial Ornament Note: Please allow 2-3 cm difference due to manual measurement. Besides different computers display colors differently, the color of the actual item may vary slightly from the below images, thanks for your understanding(1 inch = 2.54 cm)


Apakah mungkin menciptakan spesies hewan hibrida lewat rekayasa genetik? 1 Jawaban Foto profil untuk Aldo Sosodoro Aldo Sosodoro , Sales (2017-sekarang) Dijawab 2 tahun yang lalu Bukan mungkin, tapi sudah. Hehehe Sejarah manusia melakukan perubahan terhadap makhluk hidup di sekitarnya bahkan sudah dimulai sejak 12,000 tahun lalu. Tapi memang masih sederhana, umumnya melalui pengembak biakan selektif (selective breeding). Anjing adalah Makhluk hidup pertama yang di jinakkan secara ini.

 

 [1]

Nah untuk Rekayasa genetik memang baru ada di era modern. Tercatat pada tahun 1974 ,Rudolf Jaenisch membuat tikus transgenik pertama dengan cara memasukkan DNA asing ke Embrio tikus. 

[2] Sejak saat itu hewan-hewan dengan rekayasa genetik mulai bermunculan. Beberapa contoh paling terkenalnya:

  1. Ayam

Ayam adalah salah satu protein yang paling banyak di makan di dunia dan yang paling banyak mengalami rekayasa genetika. Ini jika ingin melihat gambarannya:

Perbandingan ayam tahun 1957 hingga 2005.

source: How chicken became the rich world’s most popular meat

2. GloFish

GloFish adalah merek dagang dari jenis ikan yang direkayasa genetika untuk bisa menyala dalam gelap (fluorescent)

Terima kasih :)

Catatan Kaki


Hmmm, pertanyaanmu bagus loh Ali Farisi , tetapi mula-mula tolong gunakan nama asli ya (kecuali kalau nama aslimu memang Otw Bobo).

Pertanyaan ini punya jawaban yang cukup simpel: karena manusia adalah satu-satunya spesies yang tersisa dari kelompok hewan tertentu.

Salah satu kerabat terdekat kita, Homo sapiens neanderthalensis (manusia neanderthal) juga sudah punah.

Pertama-tama, manusia sendiri (Homo sapiens) adalah hewan (Kingdom Animalia). Itu karena kita:

  1. Punya sel eukariotik (ada membran inti sel) dan tidak punya dinding sel. Seandainya kita prokariotik (tidak punya membran inti sel) saintis bakal menjebloskan kita ke kelompok bakteri. Seandainya kita punya dinding sel dari kitin, itu berarti kita berkerabat dengan jamur yang biasa dikrispi di pinggir jalan. Dan seandainya kita punya dinding sel dari selulosa, kita akan berkerabat dekat dengan eceng gondok, kangkung darat, atau pohon jambu.
  2. Bersifat heterotrof, alias tidak bisa membuat makanan sendiri (harus mengonsumsi makhluk hidup lain). Berbeda dengan beberapa kelompok bakteri, ganggang, dan tumbuhan yang bisa mensintesis makanan dari sinar matahari atau zat kimia tertentu.
  3. Punya jaringan dan organ yang terdiferensiasi (terspesialisasi/spesifik). Kita bisa membedakan mana tangan, mana kaki. Mana jantung, mana hati. Organ dan jaringan dalam tubuh kita bekerja sesuai tugasnya masing-masing dan sel-selnya bisa dibedakan antara satu organ dengan organ yang lain. Coba saja lihat amuba atau Paramecium yang sering dijuluki hewan sandal. Di mana kepala—atau kaki mereka? Ngga ada. Itu karena jangankan jaringan yang terdiferensiasi, mereka cuma terdiri dari satu sel.

Saya sendiri merasa bahwa pengetahuan mengenai apa dan mengapa manusia termasuk hewan (Kingdom Animalia) cukup dasar sehingga kita tidak perlu berlama-lama di sini.

Selanjutnya, kita mengetahui tujuh tingkatan takson utama, dari kingdom sampai spesies. Ini dipelajari di kelas 10 SMA.

Semakin mendekati spesies, maka kesamaan tiap anggota kelompok tersebut akan makin banyak. Pun sebaliknya.

Misalnya, hewan ini ....

... lebih berkerabat ke yang mana? Yang di bawah ini ....

Atau yang satu ini?

Jawabannya: kucing lebih berkerabat ke puma. Salah satu tandanya adalah karena kesamaan kucing dengan puma lebih banyak dibandingkan kesamaan kucing dengan beruang. Tetapi, kita bisa setuju bahwa kucing dan beruang lebih berkerabat dekat dibanding kucing dengan hewan ini ....

... tidak lain adalah karena perbedaan antara kucing dengan salamander besar sekali, jauh lebih besar dibanding bedanya kucing dengan beruang.

Setiap makhluk hidup mempunyai nama ilmiah yang terdiri dari dua kata: kata genus dan kata penunjuk spesies. Artinya, dalam satu genus, bisa terdapat lebih dari satu spesies. Misalnya, ada burung hantu yang diklasifikasikan dalam genus Bubo. Genus Bubo ini terdiri dari beberapa spesies, misalnya Bubo virginianus (burung hantu tanduk besar):

Ada juga Bubo bubo (burung hantu elang):

Pada beberapa kasus, satu genus bisa punya spesies yang banyak sekali, misalnya salah satu genus ular berbisa (viper), yaitu Trimeresurus ....

Trimeresurus vogeli

Punya lebih dari 25 spesies yang teridentifikasi saat ini dan kemungkinan bisa bertambah lagi. Agendanya pasti ramai kalau mereka kopdar.

Lalu, bagaimana dengan manusia?

Nah, saat ini, manusia adalah satu-satunya spesies yang tersisa dari genus Homo. Tidak ada Homo lainnya selain Homo sapiens.

Ke mana mereka?

Ketinggalan kereta evolusi ... alias punah. Spesies Homo lainnya, misalnya Homo erectus dan Homo habilis, sudah punah sejak lama (1,4 juta tahun yang lalu untuk H. habilis dan sekitar seratus ribu tahun lalu untuk H. erectus).

Perhatikan bahwa satu-satunya yang garisnya menyentuh angka nol (waktu saat ini) adalah Homo sapiens. Sisanya terputus sebelum itu.

Saat ini, kerabat terdekat manusia berada di lingkup suku (tribe) yaitu Hominini. Kerabat tersebut berada di genus Pan, yang terdiri dari dua spesies. Spesies yang paling berkerabat ke manusia adalah simpanse (Pan troglodytes).

Omong-omong, manusia bukan satu-satunya kasus di mana ada makhluk hidup yang cuma tersisa satu spesies dari satu genus. Hewan ini ....

Adalah satu-satunya spesies, dalam satu-satunya genus, yang terdapat di Famili Ornithorhynchidae. Jadi, platipus bakal kesepian kalau reuni famili. Untungnya dia masih punya kawan satu ordo (Monotremata, kelompok mamalia bertelur) yaitu echidna.

Hewan lain yang nasibnya mirip dengan platipus adalah tuatara ....

Reptilia ini juga merupakan satu-satunya spesies, dalam satu-satunya genus, yang terdapat di Famili Sphenodontidae. Famili Sphenodontidae itu sendiri adalah satu-satunya famili yang anggotanya masih ada dari Ordo Rhynchocephalia.

Apa ada yang lebih sendirian lagi?

Ginkgo biloba: "Pathetic."

Ternyata ada. Pohon Ginkgo biloba adalah:

  • Satu-satunya anggota hidup yang tersisa dari genus Ginkgo,
  • Satu-satunya dari Famili Ginkgoaceae,
  • Satu-satunya dari Ordo Ginkgoales,
  • Satu-satunya dari Kelas Ginkgoopsida, dan
  • Satu-satunya dari Divisi Ginkgophyta.

Teman-teman satu divisi pohon ini sudah punah semua, dan membuat Ginkgo biloba bisa memonopoli enam tingkatan takson untuk dirinya sendiri.

Jadi, mengapa hewan bisa banyak spesiesnya sedangkan manusia hanya satu spesies saja?

Karena spesies manusia lain sudah punah, dengan hanya menyisakan sapiens. Dan tidak semua hewan mempunyai spesies yang beraneka ragam di genus mereka.

Anjing pudel ...

... anjing herder ...

... anjing malamute Alaska ...

... anjing komondor ...

... dan puluhan ras anjing lainnya, masih ternaungi dalam satu payung spesies yang sama, yaitu Canis lupus familiaris.

Bahkan, lebih jauh lagi, anjing yang menjadi salah satu hewan peliharaan terbanyak di dunia ini sebenarnya masih satu spesies dengan hewan yang menjadi lambang keluarga Stark di Game of Thrones.

Yep. Serigala. Lebih tepatnya, serigala kelabu, yang nama ilmiahnya adalah Canis lupus.

Penjelasan tersebut akan membuka gerbang pertanyaan selanjutnya, yaitu bagaimana cara menentukan hewan itu sudah beda spesies atau masih satu spesies?

Dalam definisi biologi, suatu makhluk hidup dapat dikatakan satu spesies jika kedua individu jantan dan betina dapat saling kawin dan menghasilkan keturunan yang sehat dan fertil (keturunannya bisa punya anak lagi, dan anak dari anak itu bisa punya anak lagi). Sedangkan pada makhluk hidup uniseluler yang tidak bisa kita bedakan jenis kelaminnya—misalnya bakteri—dapat kita golongkan spesies yang berbeda jika perbedaan materi genetik 16S rRNA-nya di angka 4 atau 5%. (Untuk prokariot. Untuk organisme eukariot, yang digunakan adalah 18S rRNA.)

Singkatnya, pudel dan herder (termasuk ras lainnya) masih merupakan satu spesies anjing yang sama di bawah nama Canis lupus familiaris karena jika mereka berdua kawin, maka anjing betina akan menghasilkan anak yang bisa punya anak lagi, dan begitu seterusnya.

Begitu pula dengan manusia. Meski terdapat perbedaan ciri yang signifikan antara ras manusia satu dengan yang lainnya, kita masih bisa saling mengawini dan memiliki anak yang bisa punya anak lagi, sehingga seluruh manusia di Bumi digolongkan masih satu spesies meski sudah tersebar di mana-mana dan ciri-cirinya sepintas ada yang mencolok perbedaannya.

Timbul pertanyaan lain: bagaimana anjing dan serigala bisa satu spesies?

Simpelnya adalah karena anjing berasal dari serigala.

Anjing merupakan hewan pertama yang dijinakkan atau didomestikasi oleh manusia. Anjing dijinakkan antara 15.000-14.000 tahun yang lalu dengan bukti tertua di Jerman.

Bagaimana cara menjinakkan serigala? Apa dengan mengajaknya bermain lempar-tangkap dan frisbee?

Tentu tidak. Manusia melakukan domestikasi pada anjing, kucing, sapi, ayam, padi, gandum, jagung, dan hewan serta tumbuhan lainnya dengan cara pembiakan selektif (selective breeding) yang sering disebut seleksi buatan.

Jadi, di antara serigala-serigala yang tersedia di alam waktu itu, kelompok manusia akan mengambil anak-anak serigala yang paling kalem, berukuran agak kecil, dan mudah diatur, untuk hidup bersama manusia. Ketika serigala-serigala pilihan ini sudah dewasa, mereka dikawinsilangkan dan manusia kembali memilih anak serigala yang paling kalem dan mudah diatur. Begitu seterusnya selama ratusan hingga ribuan tahun.

Manusia bisa mengarahkan perkembangan serigala jinak ini sesuai kebutuhan. Ingin anjing yang bisa menjaga ternak? Maka kembangbiakkanlah yang badannya besar dan kuat berlari. Ingin anjing yang bisa melacak? Maka kembangbiakkanlah yang penciumannya tajam, cerdas, dan penurut. Ingin anjing yang bisa untuk kontes? Maka kembangbiakkanlah yang badannya kecil, rambutnya panjang, dan cara berjalannya lucu. Dan seterusnya.

Proses ini "mencontek" mekanisme seleksi alam yang menggerakkan roda evolusi. Bedanya, pada evolusi, seleksi dilakukan oleh alam sehingga berkembanglah makhluk hidup yang paling cocok dengan alamnya, sedangkan pada seleksi buatan, yang dikembangkan adalah makhluk hidup dengan sifat yang paling menguntungkan untuk manusia.

Seluruh anjing yang ada di Bumi punya kasus yang sama dengan manusia. Satu spesies dan masih bisa saling mengawini. Begitu pula dengan serigala. Bahkan, tanpa membaca uraian di atas, beberapa ras anjing masih cukup mirip dengan serigala yang menjadi nenek moyangnya sehingga kita bisa menerka bahwa mereka pasti punya hubungan yang cukup dekat.

Dahulu, Carolus Linnaeus sang Bapak Taksonomi memberi nama serigala abu-abu dengan Canis lupus (Canis dalam bahasa Latin berarti anjing, dan lupus berarti serigala) dan anjing dengan nama Canis familiaris, karena Linnaeus menyadari kemiripan yang banyak antara anjing dengan serigala. Hanya saja, karena di abad ke-18 kita belum tahu soal DNA mitokondria yang dapat membantu kita melacak sejarah suatu spesies, maka Linnaeus tidak tahu bahwa man’s best friend ternyata merupakan keturunan hewan yang dilibatkan dalam cerita werewolf.

Hewan persilangan, maksudnya seperti liger (harimau + singa)?

Dan zonkey (zebra + keledai)?

Hewan-hewan persilangan dari dua spesies yang berbeda, apalagi dua genus yang berbeda (ini jarang sekali), tidak akan menghasilkan keturunan.

Lebih tepatnya, tidak bisa.

Kenapa?

Terdapat berbagai mekanisme isolasi yang membuat hewan dari suatu spesies tidak bisa mengawini hewan yang berbeda spesies. Misalnya, isolasi geografis, di mana kedua hewan tersebut berada di wilayah yang berbeda (kalau ini sih, jangankan kawin, ketemu aja nggak bisa). Atau hewan tersebut memiliki musim kawin dan/atau musim membesarkan anak yang berbeda. Bahkan sekedar cara menarik perhatian (flirting) yang berbeda pun bisa membuat spesies tidak saling mengawini. Ini disebut isolasi perilaku.

Atau bahkan ada yang namanya isolasi mekanis, yang berarti struktur tubuh kedua spesies tidak memungkinkan untuk melakukan perkawinan. Misalnya kedua siput ini.

Keduanya beda spesies. Walau ketemu, tidak bisa saling kawin karena posisi genitalnya beda. Uliran cangkang siputnya juga beda; satu ke kanan, satu ke kiri.

Isolasi-isolasi seperti ini memastikan agar tiap hewan kawin dengan individu dari sesama spesiesnya sendiri.

Sampai tibalah manusia, dengan segala keisengan dan keingintahuannya.

Maka kita menempatkan dua hewan dari spesies yang berbeda, yang kekerabatannya masih dekat, di satu lingkungan sejak kecil, sehingga saat musim kawin mereka malah mengawini individu yang sebenarnya bukan dari jenis mereka sendiri.

Dan hasilnya adalah hewan-hewan semi-absurd di atas. Mungkin bagi manusia hewan-hewan tersebut terlihat mengesankan. Tapi, maaf ya, bagi alam, hewan-hewan tersebut adalah sampah.

Jika kita melepaskan seekor liger ke alam liar …

Maka hewan itu praktis tidak akan bisa berburu dan akhirnya mati. Dia tidak akan bisa berburu karena liger berukuran jauh lebih besar daripada spesies kucing normal mana pun yang masih hidup. Tulang dan ototnya tidak proporsional dengan tubuhnya, sehingga pada dasarnya dia keberatan badan. Liger tidak bisa berlari secepat singa atau melompat setinggi harimau. Tidak bisa memanjat pohon. Tidak pandai berenang.

Liger tidak akan bisa memburu mangsa cepat seperti antelop dan zebra, terlalu cepat lelah untuk memburu mangsa besar seperti badak dan jerapah, serta terlalu kikuk untuk memburu mangsa kecil seperti kelinci dan babi hutan. Mati sebelum sempat berkembang biak adalah sinonim untuk kegagalan bagi alam. Anda terseleksi dan tidak layak untuk melanjutkan spesies Anda. Pintu kepunahan ada di sebelah sana.

Bagaimana dengan herbivora, seperti zonkey?

Well … zebra hidup dalam kelompok. Maukah kelompok zebra menerima anggota seaneh dia? Dan, kalaupun mau, perlu diingat bahwa hewan persilangan seringkali mengalami masalah pada physical fitness alias kebugaran tubuhnya.

Zonkey praktis berukuran rada lebih kecil dibanding zebra lain. Itupun kalau dia tidak menderita dwarfisme (blasteran zebra dengan spesies kuda lain sering mengalami dwarfisme). Dia juga lebih lemah. Kecil dan lemah. Oh, ditambah lagi, dia juga mencolok karena satu-satunya zebra yang berwarna cokelat. Lebih mudah bagi predator untuk mengincarnya. Zonkey akan tertinggal ketika berlari untuk kabur bersama kawanannya, dan akhirnya diterkam predator.

Dan, kalaupun tidak, ketika musim kawin tiba, akan jadi mimpi buruk untuk zonkey. Dia akan terasingkan. Kalau dia jantan, tidak ada betina yang mau milih dia, karena testisnya kecil—ini beneran—dan kalau dia betina, tidak ada juga jantan yang mau milih dia, karena tanda-tanda estrus alias birahinya tidak kelihatan.

Gimana mau birahi? Gametogenesis saja tidak bisa.

Pada hewan hasil persilangan, baik antargenus maupun antarspesies, hewan tersebut, jika bisa lahir dengan selamat, maka bisa dipastikan akan steril alias mandul. Karena perbedaan gen kedua induknya, anak tersebut tidak bisa melangsungkan proses gametogenesis alias pembentukan sel-sel kelamin (baik sperma maupun ovum) di organ kelaminnya dan akhirnya tidak bisa punya anak.

Sehingga, satu-satunya tempat di mana hewan blasteran bisa bertahan hidup adalah di penangkaran yang diawasi manusia. Di alam? Big no.

Apa itu berarti tidak ada hewan persilangan semacam itu di alam?

Sebenarnya ada. Bahkan secara mengejutkan ada anak dari hasil perkawinan narwhal (Monodon monoceros) dan beluga (Delphinapterus leucas) yang disebut narluga. Ilmuwan mencurigainya dari temuan tengkorak yang merupakan kombinasi dari narwhal dan beluga (atas). Tapi, sekali lagi, anak ini mandul dan tidak bisa meneruskan genetika uniknya maupun genetika induk aslinya. Mandek sampai di situ saja. Buktinya sampai sekarang kita tidak menemukan hewan campuran antara narwhal dan beluga.

Mungkin narluga berawal dari ini ya. Narwhal yang terpisah dari kelompoknya lalu diadopsi oleh kelompok paus beluga.