Ashin Kheminda atau Bhante Kheminda adalah seorang bhikkhu kelahiran Indonesia yang dikenal karena aktivitasnya dalam menyebarkan agama Buddha serta pembelajaran Abhidhamma-nya yang berjudul Abhidhamma Made Easy.[1] Ia mengajar Abhidhamma secara terstruktur, sistematis, dan akademis. Gelar Ashin berasal dari bahasa Myanmar yang artinya adalah Bhante.[2]
Ashin Kheminda adalah pelopor kebangkitan Abhidhamma di Indonesia
yang pertama kali memperkenalkan perayaan Hari Abhidhamma di Indonesia,
yakni peringatan Buddha Gotama selesai mengajarkan Abhidhamma di Surga
Tavatimsa. Kegiatan Hari Abhidhamma ini pertama kali berlangsung pada tahun 2012 di Jakarta.
Biografi
Latar belakang
Ashin Kheminda dilahirkan di Semarang
pada tahun 1967. Meskipun awalnya bukan seorang Buddhis, karena sifat
“pemberontak”nya serta tidak menyukai keterikatan, ia mulai tertarik
dengan berbagai ajaran spiritual sejak masih muda. Jiwa pemberontaknya
mulai berkembang sejak ia duduk di bangku SMA Kolese Loyola. Pada saat
itu, ia untuk pertama kalinya bersinggungan secara dekat dengan agama
lain. Sifat fanatik yang menganggap agama sendiri yang paling baik
berangsur-angsur lenyap setelah ia melihat bahwa agama yang lainpun
menawarkan banyak kebaikan. Ketertarikan untuk mempelajari agama dan
ajaran spiritual yang lain terus berlanjut sampai pada saat ia kuliah di
Fakultas Teknik Sipil Universitas Diponegoro, Semarang. Pada masa-masa
tersebut ia sudah tidak percaya lagi bahwa ada satu agama yang lebih
baik dari agama-agama yang lain.
Pada satu masa di dalam kehidupannya, ia mulai merasakan bahwa
kehidupan ini sangat tidak memuaskan. Hal ini membuatnya mencari jalan
keluar yang tidak biasa yaitu mulai menekuni meditasi. Ia aktif menjadi
anggota beberapa kelompok spiritual Kejawen.
Dari aliran-aliran inilah ia akhirnya sangat akrab dengan berbagai
macam laku pertapaan. Selama bertahun-tahun ia menjalani praktik
pertapaan di hutan-hutan bahkan juga di makam-makam yang dikenal angker
di pulau Jawa.[2]
Perkenalan dengan Buddhisme
Pertemuannya
dengan ajaran Buddha terjadi pada saat Dia bertapa di Alas (Hutan)
Ketonggo, Paron, Ngawi. Disana, secara tidak sengaja, Dia bertemu dengan
guru Buddhisnya yang pertama yang kemudian mengajarkannya meditasi
dengan menggunakan objek kasina api sampai akhirnya Dia mengalami
pengalaman, kebahagiaan dan kedamaian yang tidak pernah dirasakannya
sebelumnya.[1]
Di Alas Ketonggo, Ashin Kheminda menekuni meditasinya dan di saat senggang Dia membaca semua buku meditasi dari Ajahn Chah
hingga timbul niatan untuk berguru langsung kepadanya di Thailand.
Namun, ia tidak berjodoh dengan Ajahn Chah karena ia telah wafat saat
Ashin Kheminda tiba di Wat PahNanachat, Thailand.[1]
Pendalaman akademis
Dia
kemudian berkeliling di pusat-pusat meditasi, melanjutkan perjalanannya
ke Dharamsala, India, hingga akhirnya seorang kenalannya yang
berkebangsaan Prancis memberitahunya bahwa Myanmar merupakan tempat para
guru meditasi. Ashin Kheminda selanjutnya segera berangkat ke sana.
Setiba di Myanmar, Ashin Kheminda memutuskan untuk menjadi bhikkhu. Ia
belajar meditasi selama lebih dari setahun di Mahasi Sasana Yeikhta, Yangon, Myanmar, kemudian ditabhiskan oleh Sayadaw Jatila Mahathera
pada tahun 2004. Selama disana Dia juga mendalami meditasi dari
tradisi-tradisi yang lain. Ashin Kheminda kemudian mengambil gelar
Bachelor di ITBMU (The International Theravãda Buddhist Missionary
University) of Yangon dan memperoleh medali emas sebagai lulusan
terbaik.[2]
Selama mendalami ajaran Buddha di Myanmar, Dia juga mengajar Abhidhamma
kepada teman-temannya, para bhikkhu, bhikkhuni dan sayalay.
Misi Misionaris
Setelah
menyelesaikan pendidikan dasar monastik di Myanmar, Ashin Kheminda
berencana pulang ke Indonesia, tetapi sebuah wihara di Singapura
mengundangnya untuk tinggal dan mengajar Abhidhamma di sana. Ia mengajar
Abhidhamma dan meditasi di Singapura dari Juli 2008 sampai Desember
2010, dan sempat menyelesaikan pendidikan S2 nya di The Graduate School
of Buddhist Studies di Singapura.[1]
Kembali ke Indonesia
Ashin Kheminda menyadari kurangnya pemahaman and implementasi Tipiṭaka
di Indonesia dan oleh karena itulah dia memutuskan untuk kembali ke
Indonesia dan mengabdikan diri untuk perkembangan Buddhisme melalui
jalur pendidikan Buddhis yang mengacu kepada Tipiṭaka. .[1]
Pandangan terhadap Kebangkitan Bhikkhuni Theravada
Pada
tanggal 21 Juni 2015, untuk pertama kalinya dilaksanakan Penahbisan
Bhikkhuni Theravada di Maribaya, Lembang. Pada acara yang dihadiri
Sangha dalam dan luar negeri tersebut, Ashin Kheminda menyampaikan
dukungannya atas kebangkitan Sangha Bhikkhuni Theravada dengan argumen
Vinaya Pitaka dan Kitab Komentar. Dia juga menekankan pentingnya
pariyatti (menguasai Tripitaka dan Kitab Komentar) dan patipatti
(melatih sila, samadhi dan panna) sebagai landasan menjadi anggota
Sangha yang baik dan demi tegaknya Buddha Sasana[3]
Kegiatan
Abhidhamma Made Easy
“Abhidhamma
Made Easy” yang diselenggarakan di berbagai kota besar di Indonesia
selalu dipenuhi pendengar. Bahkan jumlah pengunjung yang hadir selama 10
hari semakin bertambah karena Ashin Kheminda memberikan contoh dan
perumpamaan dalam penjelasannya sehingga menghidupkan suasana workshop.
Ciri khas Ashin Kheminda adalah mampu mengemas penyampaian Dhamma dengan
interaktif, penuh humor, dan menyita emosi[4]
Penyajian cerita dan poin yang disampaikan juga ringan dan mudah
dimengerti karena disampaikan dengan bahasa yang sederhana dan lugas.
Sesekali terlontar kalimat yang disambut gelak tawa atau air mata
peserta yang hadir. Ia berhasil mengubah citra Abhidhamma menjadi satu
ajaran yang mudah dan bisa dinikmati[1]
Prasadha Jinarakkhita Buddhist Institute
Pada
18 Januari 2012, Ashin Kheminda mendirikan PJBI (Prasadha Jinarakkhita
Buddhist Institute), yaitu pusat pendidikan Buddhist yang terstruktur
dan menggunakan kurikulum yang diadopsi dari Taiwan, Srilanka dan
Singapura[5]
PJBI menawarkan berbagai program sebagai berikut:
- Institut Abhidhamma Indonesia (IABHI) menawarkan program
belajar Abhidhamma yang terstruktur dan akademis. Materi pembelajaran
disampaikan oleh Ashin Kheminda dan guru-guru Abhidhamma dari dalam dan
luar negri.
- Prasadha Jinarakkhita Buddhist Studies (PJBS), adalah kelas
belajar Dhamma terstruktur untuk semua anak-anak dari umur 3 tahun ke
atas, tanpa dipungut biaya. Kelas-kelas yang ditawarkan adalah kelas
anak dan remaja usia 3-18 tahun dan kelas Pariyatti Sasana untuk usia 18
tahun ke atas.
- Prasadha Jinarakkhita Buddhist Community (PJBC) adalah
komunitas Buddhis yang menyatukan umat dan simpatisan Buddhis dari
berbagai ragam usia dan latar belakang sosial budaya untuk secara aktif
melakukan kegiatan kemanusiaan yang merupakan pengejawantahan esensi
ajaran Buddha. Contoh aktivitas rutin mingguannya adalah Patipatti
Sasana: wadah untuk belajar dan berlatih meditasi di bawah bimbingan
Ashin Kheminda.
Dhammavihārī Buddhist Studies
Pada tanggal 1 Oktober 2015, Ashin Kheminda mendirikan Dhammavihārı̄ Buddhist Studies (DBS) sekaligus sebagai spiritual patrón. DBS berlokasi di Cengkareng, Jakarta Barat, Indonesia di mana tempat ini menjadi sebuah Pusat Pendidikan Buddhis terpadu yang oleh Ashin Kheminda sebut sebagai “a-One-Stop Dhamma-House”. DBS menawarkan program-program pendidikan Buddhis secara terstruktur yang berkonsentrasi pada pengajaran Tipiṭaka dan kitab-kitab komentarnya seperti kelas Abhidhamma, meditasi, Pariyatti Sāsana (kelas Sutta Piṭaka) untuk dewasa dan kelas Dhammānusārī (Sekolah Minggu) untuk anak-anak dan remaja, serta program Pabbajjā yang diadakan setiap tahun.
Kelas Abhidhamma yang terstruktur, sistematis dan akademis
serta berpedoman pada kitab induk dan kitab-kitab komentarnya menjadi
ciri khas DBS sekaligus menjadi pelopor perkembangan pembelajaran Abhidhamma di Indonesia. Kelas Pariyatti Sāsana adalah pembelajaran Sutta Piṭaka yang berpedoman padaTipiṭaka dan kitab-kitab komentarnya. Kelas-kelas tersebut dibimbing langsung oleh Ashin Kheminda dan secara rutin ditayangkan di kanal Youtube Dhammavihari Buddhist Studies agar memudahkan akses dan penyebaran Dhamma.
Sekolah Minggu Dhammānusārī menekankan pada pengembangan perilaku dan spiritual dengan mengajarkan Dhamma sebagai media untuk memupuk kualias batin yang positif seperti cinta-kasih dan kewelas-asihan pada anak-anak dan remaja.
Disamping program-program belajar di atas, DBS juga menyediakan
kelas meditasi setiap hari Sabtu dan secara berkala mengadakan retret
meditasi atau pabbajjā di setiap akhir tahunnya sebagai wahana untuk berlatih dan praktik Paṭipāṭi.
DBS memiliki perpustakaan dengan koleksi buku cukup lengkap, mulai dari Sutta, Abhidhamma, Vinaya, meditasi, buku anak-anak hingga dewasa yang menjadi prasarana pendukung bagi mereka yang ingin belajar Dhamma.
DBS pun telah menerbitkan banyak buku-buku karya Ashin Kheminda,
buku-buku untuk anak dan remaja serta buku-buku Buddhis terjemahan
berkualitas lainnya.
Dengan adanya kelas-kelas Dhamma yang sesuai dengan kitab suci, program pabbajjā, penerbitkan buku-buku Dhamma, DBS berharap Buddha Sāsanā akan lebih berkembang dan kokoh di Nusantara.
The 7th Buddhist Global Conference
Ashin
Kheminda juga didapuk sebagai salah satu keynote speaker di 7th
Buddhist Global Conference yang diadakan Jakarta pada 10 – 11 Desember
2011. Acara tersebut juga menghadirkan pembicara Buddhist kelas dunia
seperti Ajahn Brahmavamso, Ringu Tulku Rinpoche, Ven. Master Guo Jun
Fashi, Ven. Hueiguang, dll.[6]
Buddhist Festival 2013
Bhikkhu
Kheminda menjadi salah satu pembicara dalam acara Buddhist Festival
2013 yang berlangsung di Surabaya. Dhammadesana yang ia bawakan berjudul
"Manajemen Karma: Bagaimana Menata Karma Untuk Kehidupan Lebih Baik".[7]
Nissaya Translation Project
Demi stabilitas dan kelestarian Sāsana (Ajaran Buddha) di Nusantara, pada Maret 2021 Ashin Kheminda pertama kali secara resmi menyatakan kepada publik mulainya "Nissaya Translation Project" yang ditandai dengan peluncuran buku Gahapativagga, bagian dari Majjhima Nikāya. Proyek ini adalah proyek penerjemahan kitab Pāḷi kanon (Tipiṭaka), Komentar (Aṭṭhakathā) dan Subkomentar (ṭīkā)
langsung dari Bahasa Pāḷi ke dalam Bahasa Indonesia yang dipimpin
langsung oleh Ashin Kheminda sendiri. Ibarat sebuah pohon Bodhi yang
kukuh karena ditopang oleh akar yang kuat, maka Sāsana ini pun harus ditopang oleh kitab-kitab tersebut supaya kuat.[8]
Abhidhamma Exam
Setelah sukses mengajarkan Abhidhamma di Indonesia dan menerjemahkan serta menerbitkan buku-buku manual Abhidhamma (Abhidhammatthasaṅgaha) dan komentarnya, Ashin Kheminda terus berpikir untuk membuat pengajaran Abhidhamma ini memiliki standar dan term yang sama di Indonesia. Di Myanmar semua guru yang mengajar Sutta maupun Abhidhamma harus lulus ujian negara dengan kualifikasi tertentu. Di dalam Dhammasaṅgaṇī Aṭṭhakathā tertulis, “Hanya
para bhikkhu yang sudah paham Abhidhamma yang sesungguhnya dinamakan
pembabar-pembabar Dhamma, dari sisanya walaupun sedang membicarakan
pembahasan Dhamma tidak disebut sebagai pembabar-pembabar Dhamma”. Menyadari pentingnya hal tersebut, Ashin Kheminda sangat menginginkan guru-guru Abhidhamma di Indonesia juga memiliki standar kompetensi dan pemahaman serta buku pegangan yang sama yaitu Abhidhammatthasaṅgaha yang ditulis oleh Acariya Anuruddha seorang bhikkhu
yang diyakini berasal dari India Selatan yang hidup di abad kelima.
Untuk menetapkan standar kompentensi diperlukan adanya ujian kualifikasi
guru Abhidhamma. Sehingga, saat para guru mengajar Abhidhamma semua murid terlepas siapa guru yang mengajarkannya selama mereka telah lulus ujian Abhidhamma, pemahaman mereka akan sama. Untuk itu beliau mengusahakan agar ujian Abhidhamma dapat diadakan.
Usaha tidak kenal lelah pun diusakan agar DBS dapat diizinkan
oleh The State Saṃgha Mahā Nayaka Committee — Kementrian Agama &
Kebudayaan Myanmar, menjadi penyelenggara ujian Abhidhamma sesuai standard ujian Abhidhamma
di Myanmar. Izin ini pun akhirnya diperoleh di tahun 2020, dan karena
situasi pandemi ujian di tahun 2020 ditiadakan, baru di tahun 2021 dapat
diadakan, Indonesia melalui DBS adalah satu dari sedikit negara dan atau lembaga yang diizinkan untuk menyelenggarakan ujian Abhidhamma berbahasa Inggris di luar Myanmar, dengan supervisi ketat dari Kedutaan Myanmar.
Pada Jum'at 24 Desember 2021 sebanyak 25 peserta sangat antusias mengikuti ujian Abhidhamma skala internasional perdana yang diadakan di Indonesia. Dari 25 peserta yang mengikuti ujian Abhidhamma
96% lulus, prestasi luar biasa! Ashin Kheminda sangat mengapresiasi
kerja keras para peserta. “Perjuangan sejak tahun 2011, yang dimulai
dengan kelas Abhidhamma Made Easy, telah menunjukkan hasil yang menggembirakan. Sādhu ... sādhu ... sadhu,” demikian ungkapan kegembiraan Ashin Kheminda saat mengetahui angka kelulusan yang begitu tinggi.
Selanjutnya Ashin Kheminda pun sedang memperjuangkan untuk dapat mengadakan ujian Abhidhamma
berbahasa Indonesia berskala nasional yang diakui oleh Pemerintah
Indonesia, bekerja sama dengan Ditjen Bimas Agama Buddha Kementrian
Agama Republik Indonesia, sehingga lebih banyak yang dapat mengikuti
ujian tanpa terkendala bahasa. Semoga dapat segera terwujud, dan Buddha Sāsana pun semakin kukuh di Bumi Nusantara. Buddhasāsanaṃ Ciraṃ Tiṃthatu! Semoga Ajaran Buddha Bertahan Lama!
Karya
- Manual Abhidhamma Bab 1: Kesadaran (2016) [3]
- Manual Abhidhamma Bab 2: Faktor-Faktor Mental (2016) [4]
- Manual Abhidhamma Bab 3: Serbaneka (2017)[5]
- Sejarah Abhidhamma (2017)[6]
- Kamma – Pusaran Kelahiran & Kematian Tanpa Awal (2018)[7]
- Kompilasi Ceramah tentang Suttanta: Penjelasan Suttanta 1 (2018)[8]
- Manual Abhidhamma Bab 4: Proses Kognitif (2018) [9]
- Manual Abhidhamma Bab 5: Terbebas dari Proses (2018)[10]
- Manual Abhidhamma Bab 6: Materi (2019)[11]
- Penjelasan Suttanta 2 (2019)[12]
- Penjelasan Suttanta 3: Mahāsatipaṭṭhāna Sutta (2019)[13]
- Penjelasan Suttanta 4 (2020)[14]
- Manual Abhidhamma Bab 7 Vol.1: Kategori-Kategori (2020)[15]
- Manual Abhidhamma Bab 7 Vol.2: Kategori-Kategori (2020)[16]
- Manual Abhidhamma Bab 8: Kondisi-Kondisi (2021)[17]
- Majjhima Nikāya - Gahapativagga: Kelompok Diskursus Berkenaan dengan Para Penghuni Rumah (2021) [18]
- Majjhima Nikāya - Bhikkhuvagga: Kelompok Diskursus untuk Para Rahib Laki-Laki (2021)[19]
- Majjhima Nikāya - Paribbājakavagga: Kelompok Diskursus untuk Para Pengembara Fakir (2022) [20]
- Majjhima Nikāya - Mūlapariyāyasutta: Kelompok Diskursus tentang Akar (2022)
Referensi