Serie Ke-8-Asal Mula Aliran-Aliran Buddhis- PENULIS: Bhikkhu Sujato 2006
Vāchiputa
Kebetulan lain yang mengejutkan dalam nama-nama di Vedisa adalah Vāchiputa,
murid (antevāsī) dari Gotiputa, memiliki nama yang sama dengan pendiri aliran
Puggalavāda (“Personalis”).[57] Ajaran utama kelompok aliran ini adalah bahwa
terdapat suatu “pribadi” (puggala), yang bukan “diri” (attā), dan tidak dapat
digambarkan, bukan sama ataupun tidak berbeda dari lima kelompok unsur
kehidupan. Kelompok aliran ini tidak secara jelas dibedakan, dan mungkin aliran
yang sama yang dikenal menurut [nama] gurunya sebagai “Vātsīputrīya”, dan
menurut ajaran utamanya sebagai “Puggalavāda” (sama halnya Mahāvihāravāsin
dikenal menurut ajaran mereka sebagai vibhajjavādin, dan menurut pengikut
mereka dari para “Sesepuh” sebagai Theriya).
Sementara Puggalavādin dan pendirinya Vātsīputra tidak secara eksplisit
disebutkan dalam kisah Konsili Ketiga, ajaran utama mereka secara panjang lebar
dibahas dalam Kathāvatthu yang dianggap berasal dari Moggaliputtatissa. Cousins
menyatakan bahwa jika Vāchiputa dari prasasti benar-benar pendiri Puggalavādin,
maka pasti ia yang berdebat dengan Moggaliputtatissa dalam Kathāvatthu.
Mungkin tampaknya aneh untuk menemukan dua bhikkhu ini diingat sebagai murid
dari guru yang sama, karena Moggaliputtatissa adalah seorang anti-personalis
yang diakui, yang warisan ajaran utamanya menurut Mahāvihāravāsin dan
Sarvāstivādin adalah serangannya terhadap ajaran “pribadi”. Tetapi sedikit
pemikiran akan menyatakan bahwa ini kenyataannya sangat mungkin, karena adalah
dengan keluarga dan sahabat terdekat kita di mana kita mendapatkan
ketidaksepahaman yang paling dalam. Jika aliran-aliran hanya menjauh tanpa
ketidaksepahaman ajaran yang jelas, seperti Dharmaguptaka dan Mahāvihāravāsin,
tidak akan ada sebab untuk perselisihan. Tetapi hidup berdekatan bersama,
berbagi murid dan penyokong awam, perbedaan mungkin menguat, meninggalkan sisa
kepahitan yang bertahan sepanjang masa.
Xuan-zang mencatat tradisi bahwa debat tentang “pribadi” muncul dari konflik
antara dua orang arahat Devaśarman, penulis Vijñānakāya, dan Gopa di dekat
Viśoka.[58] Cousins mencatat kesamaan nama “Gopa” dan “Gotiputa” dalam hubungan
ini, keduanya ternyata berasal dari akar kata √gup, dan membayangkan apakah
nama sang guru telah digantikan oleh nama muridnya.[59]
Willis dan Lamotte mengabaikan identifikasi Mogaliputa dengan
Moggaliputtatissa, dengan Willis berargumen bahwa adalah lebih sederhana
menerima bahwa terdapat dua sesepuh dengan nama yang sama. Tetapi jika bukan
satu, tetapi tiga nama - Moggaliputta, Vāchiputta, Kontiputta – yang
berhubungan dengan kisah Konsili Ketiga muncul dalam prasasti, keseimbangan kemungkinan
bergeser, dan kita mungkin harus menetapkan lagi kesimpulan kita.
Kita tidak akan pernah dapat berusaha lebih dari spekulasi yang menggiurkan
tentang identitas sebenarnya dari para bhikkhu ini. Dalam kehidupan mereka
adalah manusia yang kompleks dan paradoks, tetapi mereka kelihatan bagi kita
hanyalah nama, gema dari suatu gagasan, dan pecahan tulang yang telah terbakar.
Betapa putus asanya kita meraba-raba pengetahuan yang kita senangi untuk
menemukan hanya sebanyak ini. Betapa lebih banyak kita seharusnya menghargai
keyakinan di mana prasasti Vedisa mengkonfirmasi kisah [pengiriman] misi.
Sangat luar biasa bahwa hanya dua buah bukti prasasti dari masa ini sangat
sesuai dengan kisah yang dilestarikan oleh tradisi komentar Vinaya Sinhala.
Sementara kita tidak akan menghabiskan waktu membahas hal ini dengan rinci di
sini, terdapat bukti lebih jauh yang cenderung mendukung kisah [pengiriman]
misi, walaupun bukti itu tidak sejelas pengakuan Aśoka yang telah mengirimkan
“utusan” (atau “misionaris”, dūta) untuk menyelesaikan “kemenangan Dhamma”-nya.
Wynne menunjukkan bahwa ini perlu dibedakan dari “menteri Dhamma” Aśoka, yang
terlibat dalam kerja sosial sekuler di dalam kerajaan.[60] Para utusan pergi
keluar kerajaan dan melakukan pengajaran religius dan etis. Wynne menyimpulkan
bahwa ini mungkin adalah para bhikkhu Buddhis dari misi [penyebaran Dhamma].
Akhirnya, kita harus memperhatikan bahwa catatan arkeologis Sri Lanka
bersesuaian dengan kronologi, kejadian, dan tempat-tempat yang digambarkan dalam
kisah [pengiriman] misi.[61] Tulisan telah ditemukan di Sri Lanka yang berasal
dari masa abad ke-5 SM, lebih awal daripada di mana pun di India, dan bahkan
legenda pra-Buddhis atas kolonialisasi Sri Lanka pada masa ini kelihatannya
memiliki dasar. Sementara ini tidak terdapat referensi definitif pada
[pengiriman] misi yang telah ditemukan, bebatuan telah mengatakan jenis kisah
yang sama seperti kisah [pengiriman] misi. Pada bab berikutnya kita akan
melihat bahwa bukti ini sama kuatnya tidak sesuai dengan kebanyakan bukti
tekstual lainnya.
Catatan Kaki Bab 2:
[41] Ālavakadeva dan Sahadeva keduanya ditunjuk sebagai ‘Deva’ dalam
Sudassanavinayavibhāsā.
[42] Salah satu misi dianggap telah pergi ke Suvaṇṇabhūmi, yang biasanya
diidentifikasikan dengan Thaton di Burma atau Nakom Pathom di Thailand. Tetapi
Buddhisme biasanya dikatakan telah masuk ke sana lebih belakangan. Oleh sebab
itu, Lamotte menyatakan bahwa kisah [pengiriman] misi tidak mungkin disusun
sebelum abad ke-5 M. (Lamotte, History of Indian Buddhism, 298) Tetapi
identifikasi Suvaṇṇabhūmi dengan wilayah ini tidak pasti. Dengan demikian
masuknya Buddhisme yang belakangan di Asia Tenggara, bahkan jika benar, tidak
dapat digunakan sebagai bukti bahwa penyebutan misi Aśoka ke Suvaṇṇabhūmi
adalah tidak sesuai dengan sejarah. Lihat diskusi di http://web.ukonline.co.uk/buddhism/tawsein8.htm
[43] Willis, 228
[44] Untuk penyelidikan mendetail, lihat http://sectsandsectarianism.googlepages.com/names%26datesatvedisa.
[45] Pali Vinaya 3.66
[46] Pali Vinaya 1.303
[47] T 1425, 479b23-c23. Translation at Walser, 143-145.
[48] 拘多子。名帝須 (CBETA, T24, no. 1462, p. 682, a15-16) Ini
tentu saja hanya perkiraan dari bentuk bahasa India.
[49] 爾時阿育王登位九年。有比丘拘多子。名帝須。病困劇。持鉢乞藥得酥一撮。其病增長命將欲斷。向諸比丘言。三界中慎勿懈怠。語已飛騰虛空。於虛空中而坐。即化作火自焚燒身。入於涅盤。是時阿育王。聞人宣傳為作供養。王念言。我國中比丘。求藥而不能得 (CBETA, T24, no. 1462, p. 682, a15-21)
[50] Jawawickrama, 1986, 173
[51] Willis, 223
[52] Seperti yang disarankan oleh Jawawickrama, 105 catatan 53.1
[53] Jawawickrama, 108
[54] Mahāvaruṇa juga adalah guru pembimbing dari Nigrodha, samanera yang
menginspirasi Aśoka menjadi seorang Buddhis.
[55] Lihat http://sectsandsectarianism.googlepages.com/whoiskunti%3F
[56]目揵連子帝須欲涅槃付弟子旃陀跋闍 (CBETA, T49, no. 2034, p. 95, b26-27). Juga
dalam CBETA, T55, no. 2154, p. 535, c19.
[57] Cf. Cousins, Person and Self, 86.
[58] CBETA, T51, no. 2087, p. 898, c15-17. Bagi Xuan-zang tampaknya bukan tidak
mungkin bagi dua orang arahat tidak sepaham atas ajaran yang mendasar demikian,
yang menyatakan bahwa perbedaan dalam ungkapan konseptual Dhamma tidak
menyatakan perbedaan dalam realisasi.
[59] Cousins, Person and Self, 86
[60] Wynne, 12-21
[61] Allchin, 156-183
Logged
"Holmes once said not to allow your
judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are
antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa
seniya
·
Global
Moderator
·
KalyanaMitta
·
·
Posts:
3.469
·
Reputasi:
169
·
Gender:
·
Om muni
muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Sect and Sectarianism oleh Bhikkhu Sujato
« Reply
#10 on: 27 January 2013, 08:11:17 AM »
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda